Dalam beberapa kasus, kata Dr J Mocco, stroke adalah gejala pertama bagi pasien COVID-19.
Baca Juga: Ramadhan Akan Tiba, Berikut Camilan yang Dianjurkan Ahli Gizi Selama Ibadah Puasa
Hal tersebut disebutkan bermula ketika rekan-rekan dari berbagai spesialisasi mengumpulkan pengamatan. Mereka mengembangkan protokol pengobatan baru.
Pasien sekarang menerima dosis tinggi obat pengencer darah bahkan sebelum adanya bukti pembekuan.
"Mungkin, mungkin saja. Jika Anda mencegah pembekuan, Anda dapat membuat penyakitnya tidak terlalu parah," ujar Dr David Reich, presiden Rumah Sakit Gunung Sinai.
Baca Juga: Waspada Email Phising, Tren Serangan Siber Selama Pandemi Corona
Protokol baru tidak akan digunakan pada pasien berisiko tinggi tertentu, karena pengencer darah dapat menyebabkan pendarahan yang terjadi di otak dan organ lainnya.
Sedangkan selama tingga minggu mulai sejak pertengahan Maret, Dr J Mocco melihat sebanyak 32 pasien stroke dengan penyumbatan darah besar di otak, dua kali lipat dari jumlah biasanya untuk periode itu.
Lima diantaranya, kata Dr J Mocco, berusia sangat muda, di bawah 49 tahun, tanpa faktor risiko stroke yang jelas, "yang gila", sangat tidak biasa. Bahkan yang termuda baru berusia 31 tahun.
Baca Juga: Monyet Asyik Bermain Layang-layang di India Saat Lockdown Akibat Corona