7 Tahun Menanti Kehadiran Buah Hati, Sang Ibu Hanya Bisa Melihatnya 4 Jam Sebelum Meninggal

- 16 Mei 2020, 13:30 WIB
Bayi-bayi berbaring di tempat tidur sehari setelah diselamatkan setelah serangan mematikan terhadap rumah sakit bersalin lainnya, di Kabul, Afghanistan
Bayi-bayi berbaring di tempat tidur sehari setelah diselamatkan setelah serangan mematikan terhadap rumah sakit bersalin lainnya, di Kabul, Afghanistan /sbs.com

PIKIRAN RAKYAT - Setelah berjuang untuk hamil selama bertahun-tahun, seorang ibu bernama Zainab (27), melahirkan bayi laki-laki pada Selasa pagi, 14 Mei 2020 di sebuah rumah sakit di sudut barat daya Kota Kabul, Afghanistan.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Reuters Sabtu, 16 Mei 2020 Zainab sangat gembira dan menamai putranya itu Omid, yang berarti 'harapan' dalam bahasa dari Afghanistan.

Pukul 10 pagi, satu jam sebelum dia dan keluarganya bersiap untuk pulang ke provinsi Bamiyan yang dapat ditempuh dengan tiga jam perjalanan jauhnya, tiga pria bersenjata yang menyamar sebagai polisi menyerbu ke bangsal bersalin rumah sakit dan mulai menembak.

Baca Juga: Tradisi Tembakan Meriam Sebagai Tanda Berbuka Puasa di Mesir

Zainab, yang bergegas kembali dari kamar mandi setelah mendengar keributan itu, pingsan ketika melihat penembakan itu.

Dia telah berusaha memiliki anak selama tujuh tahun, menunggu sembilan bulan untuk bertemu putranya dan hanya memiliki empat jam bersamanya sebelum akhirnya bayinya itu terbunuh.

"Saya membawa menantu perempuan saya ke Kabul agar dia tidak kehilangan bayinya," kata Zahra Muhammadi yang merupakan ibu mertua Zainab.

Baca Juga: Internasional Longgarkan Kebijakan Pembatasan Sosial, Harga Minyak Dunia Kembali Naik

Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas pembantaian 24 orang, termasuk 16 wanita dan dua bayi baru lahir itu.

Adapun enam bayi lainnya kehilangan ibu mereka dalam serangan yang telah mengguncang negara yang telah mati rasa oleh perang dan kekerasan militan bertahun-tahun.

"Dalam lebih dari 20 tahun karier saya, saya belum menyaksikan tindakan yang mengerikan dan brutal," kata Dr Hassan Kamel Direktur Rumah Sakit Anak Ataturk di Kabul.

Baca Juga: Tolak Permintaan AS Soal Virus Corona, Tiongkok: Sampel Telah Dihancurkan demi Keamanan Bersama

Pascaserangan itu, pada hari yang sama setidaknya 32 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri pada pemakaman di Provinsi Timur Nangarhar.

Serangan bom bunuh diri itu mengancam akan menggagalkan kemajuan menuju pembicaraan damai yang diperantarai Amerika Serikat (AS) antara Taliban dan pemerintah Afghanistan.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan itu dan memerintahkan militer untuk beralih ke mode ofensif dan bukan taktik pertahanan yang diadopsi, sementara pasukan AS ditarik dari negara itu setelah perang yang panjang dan tidak berujung.

Baca Juga: Berencana Antarkan Bantuan Covid-19 ke Papua, Ini Profil Pilot Wanita yang Tewas di Danau Sentani

Taliban, kelompok garis keras utama, telah membantah keterlibatan dalam kedua serangan itu, meski pun kepercayaan diantara para pejabat dan masyarakat luas terhadap kelompok itu semakin menipis.

Kelompok Negara Islam atau ISIS menjadi satu-satunya tersangka, mereka pada akhirnya mengaku berada di balik aksi bom bunuh diri di Provinsi Nangarhar.

Muhammadi ibu mertua Zainab mengatakan dia melihat salah satu penyerang menembaki wanita hamil dan ibu yang baru melahirkan, bahkan ketika mereka meringkuk di bawah ranjang rumah sakit.

Baca Juga: The Silent People, Potret 'Seram' Orang-orangan Sawah yang Mendadak Viral Usai Muncul di Google Maps

"Kami memberinya nama Omid. Harapan untuk masa depan yang lebih baik, harapan untuk Afghanistan yang lebih baik dan harapan untuk seorang ibu yang telah berjuang untuk memiliki anak selama bertahun-tahun," katanya kepada Reuters melalui telepon di Kabul.

Orang-orang bersenjata kemudian berbalik dan menyasar pada buaian tempat Omid tertidur. Ketika suara peluru bergema di seluruh bangsal, Muhammadi berkata dia pingsan karena ketakutan.

"Ketika saya membuka mata, saya melihat bahwa tubuh cucu saya telah jatuh ke tanah, berlumuran darah," ungkapnya.

Baca Juga: Tak Ingin Terus Dituduh, Tiongkok Izinkan Lab Wuhan Diperiksa Terkait Dugaan Kebocoran Virus Corona

Menurut keterangan pejabat pemerintah, serangan di Kabul itu dimulai pada pagi hari ketika orang-orang bersenjata memasuki rumah sakit Dasht-e-Barchi, melempar granat dan menembak.

Pasukan keamanan kemudian diketahui telah membunuh para penyerang pada sore hari.

Rumah sakit yang dikelola pemerintah dengan 100 tempat tidur ini juga memiliki klinik bersalin yang dikelola oleh Doctors Without Borders, juga dikenal dengan istilah dalam bahasa Perancis, Médecins Sans Frontières (MSF).

Baca Juga: Hari Ini Pelni Mulai Jual Tiket bagi Penumpang, Berikut Rute Kapal yang Beroperasi

Beberapa jam sebelum serangan, MSF mengunggah foto bayi yang baru lahir di Twitter dalam pelukan ibunya di klinik setelah selamat dalam operasi caesar darurat.

Pada Rabu, MSF mengecam serangan itu, menyebutnya "memuakkan" dan "pengecut".***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x