27 Negara Eropa Bakal Boikot Minyak Rusia, Harga Minyak Mentah ‘Mendidih’

- 6 Mei 2022, 11:00 WIB
Harga minyak bertahan tinggi karena rencana Eropa memboikot minyak asal Rusia.
Harga minyak bertahan tinggi karena rencana Eropa memboikot minyak asal Rusia. /Pixabay/Alexandra_Koch

PR BEKASI – Harga minyak diketahui melambung lebih dari 40 persen sejak awal tahun ini.

Hal itu terjadi menyusul konflik Rusia dan Ukraina yang melibatkan Amerika Serikat serta negara di Eropa anggota NATO (North Atlantic Treaty Organization atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara).

Terbaru, 27 negara di benua Eropa berniat melepaskan diri dari ketergantungan minyak Rusia.

Kebijakan Eropa ini dimulai dengan rencana melakukan boikot atau menyetop pasokan minyak Rusia untuk 6 bulan ke depan dan produk olahan pakai akhir tahun.

Baca Juga: Spoiler Doctor Strange, Tayangan Trailer Final Ungkap Sosok Ancaman Terbesar Alam Semesta

Dilansir dari AP News, analis dari Rystad Energy memperkirakan produksi minyak Rusia bakal anjlok karena kehilangan pelanggan minyak terbesarnya yaitu Eropa.

Sebelum invasi ke Ukraina, Rusia mengirim sekira 3,8 juta barel minyak per hari ke Uni Eropa tempat kilang mengubahnya menjadi bensin dan solar.

"Harga yang lebih tinggi mungkin sudah dekat.

"Pasar minyak belum sepenuhnya memperhitungkan potensi embargo minyak UE, jadi harga minyak mentah yang lebih tinggi diperkirakan terjadi bulan-bulan musim panas jika itu disahkan menjadi undang-undang,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala riset pasar minyak di Rystad Energy.

Baca Juga: Doctor Strange Tayang, Begini Cara Beli Tiket Bioskop Lewat TIX ID, M-Tix, GoTix hingga CGV Cinemas

Hingga pukul 08.15 WIB, harga minyak mentah WTI terpantau berada pada level USD 107,67 (sekira Rp1,558 juta) per barel.

Sementara itu minyak mentah Brent diperdagangkan pada harga USD 110,4 (sekira Rp1,598 juta) per barel.

Memang, Rusia dapat mencoba menjual miinyak tersebut ke negara-negara di Asia yang tidak berpartisipasi dalam boikot.

Tapi kemungkinan Rusia tidak dapat menemukan pelanggan untuk semua minyak yang dipindahkan dari Eropa bahkan dengan harga ‘diskon’ yang menggoda.

Baca Juga: Raffi Ahmad Dikabarkan Dekat dengan Nita Gunawan, Nagita Slavina: Akhirnya Gue Tau Juga

Rusia adalah pengekspor minyak terbesar di dunia dengan kontribusi sekira 12 persen dari pasokan global.

Dengan sanksi yang ditujukan kepada minyak dan gas alam Rusia, maka harga energi secara global diramal masih akan tetap tinggi.

Adapun negara-negara pengekspor minyak dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ telah menjelaskan kepada pejabat Eropa bahwa mereka tidak akan meningkatkan produksi untuk mengompensasi kehilangan minyak Rusia.

Di satu sisi, negara OPEC tidak ingin terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina.

Baca Juga: 2 Post Credit dalam Doctor Strange in the Multiverse of Madness, Spoiler Alert!

Di sisi lain, beberapa anggota OPEC sudah tidak dapat memenuhi kuota produksi minyak mereka.

Pendekatan hati-hati dari negara OPEC+ akan memperburuk krisis energi global, dengan harga diperkirakan akan naik lebih jauh untuk minyak dan bensin, solar, dan bahan bakar penerbangan.

Harga yang lebih tinggi itu akan memperburuk inflasi global, menggerogoti kemampuan orang untuk membelanjakan uang yang seharusnya mendukung pemulihan ekonomi.

Adapun lonjakan harga minyak yang lebih besar tertahan oleh permintaan minyak yang turun di tengah kebijakan lockdown di China akibat penyebaran Covid-19.

Selain itu, Amerika Serikat serta negara-negara anggota Badan Energi Internasional lainnya siap melepaskan minyak dari cadangan strategis untuk memenuhi kebutuhan pasar.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: AP News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x