PR BEKASI - Tinggal di rumah yang terletak dekat dengan bandara tentu bukanlah hal yang menenangkan. Deru pesawat lepas landas dan mendarat jelas akan membuat siapapun akan terganggu pendengarannya.
Namun, ada kisah tentang seorang petani Jepang yang rela bertahan hidup dan tinggal di tempat dengan kondisi yang tak lazim itu.
Ialah keluarga Takao Shito, petani sayuran yang mewarisi tradisi keluarga lebih dari 100 tahun. Kakek dan ayahnya adalah seorang petani, dan kini dia juga berprofesi sama.
Baca Juga: Burung Garuda dan Chim Lac Jadi Logo Baru Resmi Perayaan ke-65 Persahabatan Indonesia dan Vietnam
Hanya saja ada hal-hal yang sedikit berbeda dari Shito dengan leluhurnya. Dahulu kebun pertanian Shito adalah desa yang dihuni 30 keluarga yang dikelilingi ladang terbuka,.
Akan tetapi, desa ini kini berdiri sendiri di tengah Bandara Narita, bandara terbesar kedua di Jepang. Pesawat terbang melintas di atas kepalanya 24 jam setiap sehari.
Satu-satunya cara untuk pergi dan pulang dari ladang adalah melewati terowongan bawah tanah. Kebanyakan penduduk di sana tidak sanggup tinggal di desa itu dan sangat ingin pindah, tapi Takao Shito memilih jalan lain.
Baca Juga: Tol Cibitung-Cilincing Ambruk, Ahmad Syaikhu: Kita Patut Heran, Kenapa Konstruksi Tol Selalu Ambruk
Takao Shito, tetap berjuang mempertahankan ladangnya selama lebih dari dua dekade. Shito bahkan menolak tawaran lebih dari 1,7 juta dolar untuk tanahnya.