WHO Berharap Pandemi COVID-19 Berakhir Kurang dari 2 Tahun, SAGE Beri Peringatan

- 22 Agustus 2020, 21:18 WIB
Sir Mark Walport, anggota Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) memperingatkan bahwa pandemi virus corona akan ada 'selamanya'.
Sir Mark Walport, anggota Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) memperingatkan bahwa pandemi virus corona akan ada 'selamanya'. /Mirror/

 

PR BEKASI – Seorang ahli memperingatkan bahwa virus corona (COVID-19) akan tetap ada "selamanya" dan orang-orang akan membutuhkan vaksinasi teratur mengenai ancaman itu.

memberitahu BBC 4, pada Sabtu, 22 Agustus 2020, bahwa pandemi virus corona bisa dikendalikan akan dengan adanya vaksinasi global.

Mark mengatakan bahwa Covid-19 tidak akan menjadi penyakit seperti cacar yang dapat diberantas dengan vaksinasi.

Baca Juga: Kantor Kejaksaan Agung Terbakar, 6 Lantai Penuh dengan Api

“Ini adalah virus yang akan menyertai kita selamanya dalam suatu bentuk atau bentuk lain dan hampir pasti akan membutuhkan vaksinasi berulang,” ucapnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mirror.

“Jadi, seperti flu, orang-orang akan membutuhkan vaksinasi ulang secara berkala,” sambungnya.

Ia juga memperingatkan bahwa mungkin virus itu akan berada diluar kendali, tapi lebih jauh Mark mengatakan langkah-langkah penanganan sangat diperlukan saat ini daripada aturan lockdown.

Baca Juga: Risiko Gelombang Laut Tinggi, BMKG Permudah Akses Informasi Maritim Melalui INA-WIS

Komentar Mark muncul setelah kepala WHO mengatakan harapan bahwa virus corona akan berakhir dalam waktu dua tahun.

Sebelumnya kepala WHO mengatakan butuh waktu 2 tahun untuk mengatasi flu Spanyol pada tahun 1918, tapi kemajuan teknologi memungkinkan COVID-19 dihentikan dalam waktu yang 'singkat'.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa virus corona bisa mengikuti pola yang sama dengan flu Spanyol yang mematikan, menyapu bumi dalam tiga gelombang, dan menelan sekitar 50 juta nyawa.

Baca Juga: Pangeran Saudi: Bebaskan Palestina dulu, Baru Normalisasi Hubungan dengan Israel

Flu Spanyol pecah pada bulan Maret 1918 dan sebagian besar mempengaruhi kaum lansia dan lemah fisik selama perang dunia pertama.

Pada Bulan Agustus 1918, wabah tersebut diharapkan berakhir, tetapi kasus kematian terjadi lagi pada bulan September sampai November. Virus pun telah berkembang menjadi strain baru dan menyerang orang muda yang sehat.

"Musim dingin akan datang dan hampir pasti gelombang kedua virus ini akan datang. Apa yang kita lihat pada tahun 1918 adalah perubahan virus dan gelombang kedua berbeda dari gelombang pertama dan mempengaruhi kelompok orang yang berbeda – khususnya orang yang lebih muda," kata Presiden terpilih dari Royal Society of Medicine, Professor Roger Kirby.

Baca Juga: Masuk Deretan Artis yang Tersandung Kasus Narkoba, Simak Fakta-fakta Tentang Anton J-Rocks

Ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan diperlukan penelitian lebih lanjut pada dampak mutasi virus Corona.

"Sebuah kelompok pekerja khusus telah dibentuk untuk mengidentifikasi mutasi virus, dan kami sedang melihat bagaimana kita dapat lebih memahami apa arti mutasi dan bagaimana mereka berperilaku." tutur Maria.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Mirror


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah