“Hal tersebut benar-benar penting dengan memasukkan peralatan yang tersedia ke tahap maksimal dan berharap kita dapat memiliki alat tambahan seperti vaksin,” ucap Tedros.
Pihak emergency chief WHO, Dr. Michael Ryan mencatat bahwa pandemi flu Spanyol tahun 1918 menghantam bumi dalam tiga gelombang yang berbeda.
Dia mengatakan gelombang kedua yang dimulai selama musim gugur tahun 1918 merupakan gelombang yang paling mengahancurkan.
Baca Juga: Bertekad Mewujudkan Swasembada Daging, Mentan Panen 1.000 Ekor Pedet di Lombok
“Virus ini tidak memperlihatkan pola gelombang yang serupa, ketika virus tidak dikendalikan, ia melompat kembali ke atas,” ungkap Ryan.
Dia menambahkan bahwa meskipun virus penyebab pandemi sering kali bersesuaian dengan pola musiman namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi pada Covid-19.
Dokter mengatakan peningkatan dalam kasus sebagian besar turun untuk generasi muda yang terinfeksi.
Menurut laporan Reuters, lebih dari 22,81 juta orang telah terinfeksi oleh virus Corona secara global sejak virus tersebut pertama kali diidentifikasi di Tiongkok tahun lalu dan 793.382 orang telah meninggal dunia.
Angka penambahan baru telah meningkatkan kekhawatiran tentang gelombang kedua yang bisa melanda Benua.***