Resmi Jadi Obat Binaan, Profesor Harvard University Ungkap Dampak Penggunaan Ganja

- 29 Agustus 2020, 14:59 WIB
Kevin Hill, profesor psikiatri di Harvard Medical School dan direktur Divisi Psikiatri Ketergantungan, telah melakukan penelitian terkait ganja.
Kevin Hill, profesor psikiatri di Harvard Medical School dan direktur Divisi Psikiatri Ketergantungan, telah melakukan penelitian terkait ganja. /PIXABAY/

Cannabidiol (CBD) adalah senyawa kimia dalam ganja yang efektif mengobati beberapa sindrom epilepsi pada anak-anak, seperti sindrom Dravet dan sindrom Lennox-Gastaut (LGS).

CBD jugamampu mengurangi tremor pada penyakit Parkinson, HIV, sindrom iritasi usus besar, dan radang usus.

Baca Juga: Kenang Chadwick Boseman, Simak Rekam Jejaknya di Dunia Industri Film Hollywood

Sementara itu, Tetrahidrokanabinol (THC) adalah senyawa kimia dalam ganja yang dapat membuat membuat penggunanya mabuk, kecanduan, dan mengalami ilusi. Ganja yang komponen THC-nya lebih tinggi membawa dampak yang buruk untuk tubuh.

"Ada perbedaan antara ganja medis dan ganja rekreasi," ucap Kevin.

Ganja rekreasi adalah ganja yang kadar THC-nya lebih tinggi. Selain itu, tujuan penggunannya pun hanya untuk kebutuhan konsumsi belaka tanpa ada alasan medis sama sekali.

Baca Juga: Pandemi Tak Kunjung Usai, Denada Beri Saran bagi Kaum Rebahan untuk Tetap Produktif

Dalam penuturan Kevin, ganja rekreasi yang dikonsumsi secara teratur memiliki efek samping terhadap penggunanya.

Efek tersebut berdampak pada daya ingat, kemampuan kognitif, emosi, dan organ reproduksi.

Adapun penggunaan ganja masih diatur UU Nomor 35/2009 juga melarang konsumsi, produksi, hingga distribusi narkotika golongan I.

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Harvard University


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah