Intel Rusia Ketahuan Coba Meretas Sistem Komputer AS Jelang Pilpres 2020

- 11 September 2020, 12:41 WIB
Microsoft mengatakan Rusia mencoba meretas sistem computer AS jelang pemilu.
Microsoft mengatakan Rusia mencoba meretas sistem computer AS jelang pemilu. / AFP/Gerard Julien

PR BEKASI - Microsoft mengatakan pada Kamis, 10 September 2020, badan intelijen militer Rusia mencoba meretas sistem komputer lebih dari 200 organisasi termasuk partai politik dan konsultan.

Sebelumnya, badan intelijen militer Rusia pernah meretas situs Partai Demokrat AS pada pemilu AS 2016 yang lalu.

Upaya tersebut tampaknya menjadi bagian dari peningkatan yang lebih luas dalam penargetan kampanye politik Amerika Serikat dan kelompok terkait, kata perusahaan itu.

Baca Juga: Diklaim Lebih Murah dan Ramah Lingkungan, Maserati Fokus Produksi Mobil Listrik

Wakil Presiden Microsoft, Tom Burt mengatakan pihaknya melihat serangan peretas Rusia tersebut tetap konsisten seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Apa yang kami lihat konsisten dengan pola serangan sebelumnya yang tidak hanya menargetkan kandidat dan staf kampanye tetapi juga orang-orang yang mereka konsultasikan tentang masalah-masalah utama," kata Tom Burt, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera, Jumat, 11 September 2020.

Sebagian besar upaya infiltrasi oleh agen Rusia, Tiongkok, dan Iran dihentikan oleh perangkat lunak keamanan Microsoft dan target diberitahu, katanya.

Baca Juga: Peneliti Ingatkan Bahaya Pandemi Baru Mungkin Muncul dari Indonesia, Musang Luwak Jadi Penyebabnya

Perusahaan tidak akan berkomentar tentang siapa yang mungkin berhasil diretas atau dampaknya.

Menurut salah satu pejabat intelijen AS, Rusia lebih menyukai Donald Trump dan Tiongkok lebih memilih Joe Biden.

Akan tetapi, Microsoft mencatat bahwa peretas yang didukung negara Tiongkok telah menargetkan "individu-individu terkenal yang terkait dengan pemilu", termasuk orang-orang yang terkait dengan tim kampanye Joe Biden.

Baca Juga: Pemkot Bekasi Masih Akan Terapkan ATHB Masyarakat Produktif Aman COVID-19

Microsoft tidak mengatakan apakah peretas Rusia telah berusaha untuk masuk ke tim kampanye Biden.

Tim kampanye Biden tidak mengkonfirmasi upaya tersebut, meskipun dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mengetahui laporan Microsoft.

Postingan blog tersebut mengatakan peretas yang didukung negara Iran tidak berhasil mencoba masuk ke akun tim kampanye Trump dan pejabat administrasi antara Mei dan Juni tahun ini.

Baca Juga: Raih 3 Emas, Bekasi Raih Posisi Lima Besar di MTQ Jawa Barat ke-36

Tiongkok sebagian besar merupakan ancaman spionase, sementara Rusia mencuri data dan menjadikannya senjata, kata perusahaan itu.

Microsoft tidak menilai musuh asing mana yang memiliki ancaman lebih besar terhadap integritas pemilihan presiden November.

Konsensus di antara pakar keamanan siber adalah bahwa campur tangan Rusia adalah yang paling parah.

Baca Juga: Gandeng IPB University, Wamenhan Minta Kembangkan dan Tingkatkan Produktivitas Singkong dan Sagu

Pejabat senior pemerintahan Trump telah membantah hal tersebut, meskipun tanpa memberikan bukti apapun terkait kejadian tersebut.

"Russia adalah aktor peretasan pada 2016 lalu yang berpotensi menjalankan bisnis seperti biasa," kata John Hultquist, direktur analisis intelijen di firma keamanan siber terkemuka FireEye.

"Kami percaya bahwa intelijen militer Rusia terus menjadi ancaman terbesar bagi proses demokrasi," katanya menambahkan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x