Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian, resolusi tersebut diajukan oleh Jerman dan didukung oleh Inggris.
Mosi serupa pada bulan Juni tidak menarik banyak dukungan, tetapi sejak saat itu banyak negara yang bergabung pada aliansi tersebut seperti Bosnia, Spanyol, Italia, dan Polandia.
Baca Juga: Niat Ingin Datangi Jokowi di Istana Negara, Polisi Hadang Mahasiswa Besok karena Covid-19
Raab di depan komite pemilihan urusan luar negeri berhenti mendeskripsikan perlakuan terhadap Uighur sebagai genosida, menunjukkan bahwa ambang batas hukum untuk bukti genosida bukan hanya penghancuran minoritas, tetapi juga berniat untuk menghapus etnis tersebut.
“Semakin kita melihat bukti dan semakin masyarakat internasional mengarahkan pikirannya padanya, semakin saya pikir kita perlu memikirkan dengan sangat hati-hati tindakan apa yang kita ambil,” katanya.
“Kekhawatiran tentang apa yang terjadi pada orang Uighur seperti penahanan, penganiayaan, dan sterilisasi paksa bukanlah sesuatu yang bisa kita tinggalkan begitu saja,” katanya.
Baca Juga: Sindir Puan Maharani, Andi Arief: Dulu Kau Menangis, Kami Beri Tampungan dalam Wajan Penghormatan
Raab juga mengkritik beberapa negara mayoritas Muslim yang enggan mengkritik tindakan Tiongkok.
“Jelas Tiongkok memiliki bobot yang besar secara ekonomi dan politik, dan pertanyaannya adalah sejauh mana hal itu menghalangi orang lain untuk berbicara,” katanya.
Aliansi negara yang terdiri dari 39 anggota tersebut mengaku telah melihat peningkatan jumlah laporan pelanggaran berat hak asasi manusia di Xinjiang.