Puluhan Ribu Warga Thailand Turun ke Jalan, Tuntut Reformasi Sistem Kerajaan dan Pembebasan Aktivis

- 16 Oktober 2020, 06:13 WIB
Aksi unjuk rasa di Bangkok,Thailand menyuarakan reformasi monarki untuk Pemerintah Thailand.
Aksi unjuk rasa di Bangkok,Thailand menyuarakan reformasi monarki untuk Pemerintah Thailand. /The Guardian

Baca Juga: Pembalap Pertama Positif Covid-19, Valentino Rossi Ungkap Gejalanya: Tulang Saya Seperti Tidak Rata 

“Kami tidak akan mundur. Kami tidak akan lari. Kami tidak akan pergi ke mana-mana,” kata Panupon Jadnok, salah seorang pemimpin unjuk rasa, seperti dikutip Pikirantakyat-Bekasi.com dari situs berita resmi The Guardian pada 16 Oktober 2020.

Di antara mereka yang ditangkap adalah pengacara hak asasi manusia Anon Nampa, aktivis Prasit Krutharot, dan pemimpin mahasiswa Parit Chiwarak, yang dikenal sebagai Penguin, Panusaya Sithijirawattanakul, yang dikenal sebagai Rung, dan Nutchanon Pairoj.

Sementara itu, Parit, Panusaya dan Nutchanon telah ditolak jaminannya, menurut Pengacara Hak Asasi Manusia Thailand.

Menurut Human Rights Watch, tindakan darurat memungkinkan polisi menahan para pengunjuk rasa tanpa dakwaan hingga 30 hari, tanpa akses ke pengacara atau keluarga.

Baca Juga: Terbukti Bersalah atas Kepemilikan Psikotropika, Vanessa Angel Dituntut Enam Bulan Penjara 

“Hak atas kebebasan berbicara dan mengadakan pertemuan publik secara damai berada di ujung tanduk dari pemerintah yang sekarang menunjukkan sifatnya yang benar-benar diktator,” kata Phil Robertson, wakil direktur divisi Asia di Human Rights Watch.

Sebelumnya, pada Rabu, 14 Oktober 2020, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Bangkok menyerukan Prayuth, yang pertama kali berkuasa selama kudeta 2014 untuk mundur dari jabatannya. Pengunjuk rasa menyatakan bahwa konstitusi baru, membebani pemilihan tahun lalu untuk mendukung kembali Prayuth.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah