Uni Eropa Kutuk Pembangunan Permukiman Yahudi Baru di Tepi Barat

- 16 Oktober 2020, 21:06 WIB
Pemandangan Ariel, salah satu pemukiman Yahudi terbesar di wilayah Tepi Barat, Palestina.
Pemandangan Ariel, salah satu pemukiman Yahudi terbesar di wilayah Tepi Barat, Palestina. /Wikipedia/

PR BEKASI - Uni Eropa mengutuk keputusan Israel untuk menyetujui pembangunan sebanyak ribuan pemukiman Yahudi baru di wilayah Palestina yang diduduki.

Pernyataan bersama dari menteri luar negeri Jerman, Prancis, Inggris, Italia dan Spanyol menyebut keputusan negara zionis tersebut sebagai langkah kontraproduktif yang merusak upaya perdamaian regional antara kedua negara.

"Perluasan pemukiman melanggar hukum internasional dan selanjutnya membahayakan kelangsungan solusi dua negara untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan abadi bagi konflik Israel-Palestina," kata para menlu tersebut, pada Jumat, 16 Oktober 2020, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera.

Baca Juga: Perankan Tokoh Asisten dr Boyke di Sitkom Terbaru, Anya Geraldine Akui Tertarik Jadi Seksolog

Mereka menambahkan langkah ini selanjutnya dapat merusak upaya untuk membangun kembali kepercayaan antara para pihak dengan maksud untuk melanjutkan dialog perdamain.

Selain itu, Uni Eropa juga telah mendesak Israel untuk menghentikan segera pembangunan permukiman Yahudi yang baru.

Minggu ini, Israel telah menyetujui pembangunan lebih dari 3.000 rumah pemukim Yahudi di seluruh Tepi Barat yang diduduki, setelah selama delapan bulan sebelumnya menghentikan perluasan pemukiman.

Baca Juga: Tiga Tahun DKI Jakarta di Tangan Anies Baswedan, Gerindra Beri Apresiasi dengan Catatan

Di bawah hukum internasional, pembangunan pemukiman tersebut dianggap ilegal karena pemukiman tersebut dibangun di wilayah Palestina.

Pejabat Palestina dan banyak komunitas internasional memandang mereka sebagai hambatan utama untuk solusi dua negara yang layak.

Menurut kelompok penggiat perdamaian, Peace Now mengatakan, sebuah perjanjian baru diketahui telah meningkatkan jumlah rumah pemukiman yang dibangun pada tahun ini menjadi lebih dari 12.150 buah.

Baca Juga: Isu Jokowi Dilengserkan 'Masih Panas', Mantan Calon Cagub Jabar Beri Jawaban Telak ke Demonstran

"Persetujuan ini menjadikan 2020 tahun tertinggi dalam catatan dalam hal unit dalam rencana penyelesaian yang dipromosikan sejak Peace Now mulai merekam pada 2012," kata pengawas itu dalam sebuah pernyataan.

Perwakilan Uni Eropa mengatakan pembangunan permukiman tersebut akan membuat suasana di Timur Tengah semakin memanas mengingat sebelumnya Uni Emirat Arab dan Bahrain telah mencapai perjanjian normalisasi dengan Israel.

UEA dan Bahrain pada pertengahan September mengakhiri beberapa dekade permusuhan dengan Israel untuk menandatangani kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) untuk menormalkan hubungan.

Baca Juga: Lebih dari 40 Persen, Penelitian Sebut Ruam Sebagai Gejala Covid-19

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo juga mendesak Arab Saudi untuk mengakui Israel, yang akan menjadi dorongan strategis bagi negara itu.

Tetapi Riyadh mengatakan akan tetap fokus pada pembicaraan damai Palestina-Israel sebelum ada hubungan resmi antara Israel dan Arab Saudi.

Kekuatan Barat berharap kesepakatan itu akan membawa stabilitas regional dan memberikan dorongan yang bermuara pada perdamaian.

Baca Juga: Wakil Ketua DPR Azis Syamsudin Kecelakaan Sepeda di GBK

Palestina sendiri menganggap normalisasi yang dilakukan oleh beberapa negara Arab pada Israel sebagai sebuah Pengkhianatan.

Palestina mengklaim semua Tepi Barat, yang direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah pada 1967, sebagai bagian dari wilayah negara mereka di masa depan.

Mereka mengatakan meningkatnya populasi pemukim ilegal Israel, mendekati 500.000 di Tepi Barat, telah membuat semakin sulit untuk mencapai impian Palestina mencapai kemerdekaan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x