PR BEKASI - Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah mengambil alih persimpangan utama di ibu kota Thailand, Bangkok pada Minggu, 18 Oktober 2020, menentang larangan protes untuk hari keempat dengan teriakan "turun dengan diktator" dan "reformasi monarki."
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mantan pemimpin junta yang diharapkan segera mengundurkan diri oleh para pengunjuk rasa, prihatin tentang penyebaran protes dan sebenarnya pemerintah ingin berbicara.
"Pemerintah ingin berbicara untuk mencari jalan keluar bersama," kata juru bicara pemerintah, Anucha Burapachaisri yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada 19 Oktober 2020.
Baca Juga: Kinerja Anies Baswedan Selama 3 Tahun Dinilai Belum Berhasil, Golkar Beri Pandangan Berbeda
Namun, dia tidak merinci dengan siapa pemerintah ingin berbicara.
Demonstrasi terus berlanjut meskipun puluhan pengunjuk rasa dan pemimpin mereka ditangkap, penggunaan meriam air dan penutupan sebagian besar sistem kereta metro Bangkok dalam upaya untuk memadamkan aksi jalanan selama tiga bulan.
“Bebaskan teman-teman kita”, teriak para pengunjuk rasa saat mereka berdiri di tengah hujan dengan segerombolan ponco dan payung warna-warni. Beberapa menunjukkan foto para pemimpin protes yang ditahan.
Pengacara Thailand untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan setidaknya 80 pengunjuk rasa telah ditangkap sejak 13 Oktober dengan 27 masih ditahan. Polisi belum memberikan angka keseluruhan.
Baca Juga: Ingin Banjir Rezeki, 6 Amalan di Pagi Hari Ini Akan Membuat Hidupmu Menjadi Berkah
Editor: M Bayu Pratama
Sumber: Reuters