Marah dengan Kelakuan Emmanuel Macron, Erdogan: Negara Barat yang Serang Islam Picu Perang Salib

- 29 Oktober 2020, 13:48 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan /

PR BEKASI - Perselisihan negara-negara Islam dengan Prancis masih berkobar hingga detik ini setelah seorang guru di Prancis dipenggal usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan di majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo.

Tentu karikatur tersebut dianggap sebagai sebuah penghinaan bagi umat Islam di seluruh dunia, pasalnya agama Islam melarang menggambarkan secara jelas wajah dan penampakan para nabi dan rasul.

Namun tak puas sampai di situ, baru-baru ini Majalah mingguan Prancis tersebut memajang karikatur bernuansa cabul Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Baca Juga: Komentari Pernyataan Emmanuel Macron, Presiden Iran: Menghina Nabi Sama dengan Menghina Semua Muslim

Tak lama selang kejadian tersebut, Presiden Turki mengatakan pada hari Rabu, 28 Oktober 2020 bahwa negara-negara Barat yang mengejek Islam  "menginginkan Perang Salib kembali".

Dalam pidatonya di hadapan para anggota parlemen Partai AK miliknya, Presiden Tayyip Erdogan mengatakan bahwa melawan terkait penghinaan terhadap Nabi adalah "masalah kehormatan bagi kami".

Sebagai tanda kemarahan dan pembelaan oleh tindakan Prancis yang menerbitkan dan menyebarkan karikatur tersebut, umat Islam di seluruh dunia melakukan demonstrasi dalam rangka mengecam apa yang baru saja Prancis lakukan.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Es di Kutub Utara yang Mencair pada Musim Panas Gagal Membeku Kembali

"Jatuhkan negara Prancis, mereka menghina Nabi kami," kata pengunjuk rasa di ibu kota Somalia, Mogadishu sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Kamis, 29 Oktober 2020.

Karikatur cabul yang menunjukkan Erdogan duduk dengan kaos putih dan celana dalam, memegang minuman kaleng dan mengangkat rok seorang wanita Islam yang mengenakan jilbab untuk memperlihatkan pantat telanjangnya.

Pejabat Turki mengatakan Ankara akan mengambil langkah hukum dan diplomatik untuk menanggapi karikatur tersebut, menurutnya kejadian tersebut dianggap sebagai "upaya menjijikkan" untuk "menyebarkan rasisme budaya dan kebencian".

Baca Juga: Mendadak Bahas Posisi Ketum PDIP, Megawati: Saya Nggak Akan Selamanya Jadi Ketum

Erdogan mengatakan dia belum pernah melihat karikatur yang mengejeknya tersebut, karena dirinya tidak akan terpancing dengan publikasi karikatur tidak bermoral itu. Menurutnya, kemarahannya tidak lebih hanya karena mereka tidak menghormati Nabi kami.

"Barat sepertinya sekali lagi menuju ke periode kebiadaban", katanya.

Dia menggambarkan kekuatan kolonial pada zaman dahulu sebagai "pembunuh" untuk catatan yang mereka lakukan  di Afrika dan Timur Tengah.

Baca Juga: Bantah Keretakan Rumah Tangganya dengan Rizky DA, Nadya Mustika: Alhamdulillah, Kita Baik-baik Saja

“Mereka benar-benar menginginkan kembali Perang Salib. Sejak Perang Salib berakhir, benih kejahatan dan kebencian mulai hilang di tanah (Muslim) ini namun mereka baru-baru ini dengan sengaja menumbuhkannya kembali," ucapnya.

Pemerintah Prancis, didukung oleh banyak warga, melihat serangan pisau pada 16 Oktober - di mana seorang pria asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, seorang guru yang telah menunjukkan kartun Nabi kepada murid-muridnya dalam pelajaran kewarganegaraan - sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara .

Macron mengatakan dia akan melipatgandakan upayanya untuk menghentikan keyakinan Islam konservatif yang berkembang dan mengganggu di Prancis.

Baca Juga: Buat Warganet Iri, Ridwan Kamil Pamer Keromantisan di Tengah Guyuran Hujan Bersama sang Istri

Media pemerintahan Turki mengatakan jaksa Turki telah meluncurkan penyelidikan terhadap para eksekutif Charlie Hebdo. Direktorat Komunikasi Turki mengatakan pertempuran melawan "tindakan kasar, jahat, menghina, dan tidak bermoral" ini akan terus berlanjut sampai selesai.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x