Bersamaan dengan Teror di Gereja Nice, Konsulat Prancis di Jeddah Juga Diserang Seorang Pria Arab

- 30 Oktober 2020, 09:25 WIB
Ilustrasi bendera Prancis.*
Ilustrasi bendera Prancis.* /Pixabay/Jackmac34./

Serangan di Arab Saudi dan Prancis terjadi setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron dengan keras membela penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW oleh majalah satir Charlie Hebdo dengan alasan kebebasan berbicara.

Macron juga mendapat kecaman dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan serta negara-negara mayoritas Muslim lainnya.

Baca Juga: Usai Pompeo Puji RI Tolak Klaim LCS, Pemerintah Tiongkok Justru Tuduh AS Memprovokasi Hubungan

Kerajaan Arab Saudi yang merupakan rumah bagi situs-situs paling suci Islam telah mengkritik karikatur tersebut, dengan mengatakan mereka menolak "setiap upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme" tetapi tidak lagi mengutuk kepemimpinan Prancis.

Pembelaan Macron atas hak Charlie Hebdo terjadi setelah pembunuhan seorang guru pada 16 Oktober 22020 di sekolah Prancis yang telah menunjukkan karikatur tersebut kepada muridnya selama diskusi kelas tentang kebebasan berbicara. 

Karikatur yang sangat menyinggung Islam tersebut, adalah bagian dari perdebatan baru tentang kebebasan berekspresi setelah pembunuhan guru di Prancis.

Baca Juga: Terkait Teror Gereja Prancis, Turki Minta Pemimpin Prancis Hindari Retorika yang Menghasut Muslim

Kantor redaksi Charlie Hebdo sendiri pernah menjadi sasaran penyerangan oleh kelompok bersenjata pada 2015 lalu, yang menewaskan 12 orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal.

Prancis telah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan teror sejak pembantaian di Charlie Hebdo.***

Halaman:

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x