“Agar tidak terjadi pasang surut, kami menanam bakau, hutan untuk hewan, dan oksigen agar kami dapat hidup,” kata Samsudin seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 6 April 2021.
“Saya menyampaikannya semuanya ke dalam cerita saya,” sambungnya.
Baca Juga: Lima Instruksi Jokowi Soal Penanganan Bencana di NTT dan NTB, Mulai dari Evakuasi sampai Mitigasi
Samsudin kerap merenungkan bagaimana beberapa warga di daerahnya masih melihat bakau sebagai 'gangguan' dan akan mencabutnya.
Indonesia adalah rumah bagi lebih dari seperlima hutan bakau dunia, yang secara alami membantu mencegah air pasang tinggi.
Namun selama bertahun-tahun, masyarakat pesisir telah menebang bakau untuk membuka jalan bagi tambak ikan dan udang, serta untuk sawah.
Samsudin mengajar anak-anak setempat yang berusia 11 hingga 15 tahun tiga kali seminggu tentang cara menjaga lingkungan, terkadang menggambarkannya dengan wayang monyet dan orangutan.
Samsudin mengaku telah membantu penanaman 700 hektare di kawasan itu.
Meski upayanya difokuskan secara lokal, masalah ini telah menjadi perhatian nasional dan Indonesia baru-baru ini memulai salah satu kampanye terbesar di dunia untuk memulihkan hutan bakau, menargetkan 150.000 hektar setiap tahun di sembilan provinsi hingga tahun 2024.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono, menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan ribuan pulau, memiliki sekitar 3,3 juta hektar hutan bakau, dengan lebih dari 600.000 hektar dalam kondisi kritis.