Gedung Juang 45 Bekasi, Museum Sejarah di Kabupaten Bekasi Sarat Nilai Perjuangan di Masa Lalu

30 Juni 2021, 15:55 WIB
Sejarah panjang dari Museum Digital Gedung Juang 45 Kabupaten Bekasi. /Edwin Gusani/PR BEKASI

PR BEKASI – Gedung Juang 45 yang pada zaman dahulu dikenal dengan sebutan Gedung Tinggi. Secara resmi kembali dibuka tepatnya pada Jumat, 19 Maret 2021, setelah sebelumnya dilakukan revitalisasi.

Wajah baru Gedung Juang 45 ini pun kini terlihat lebih modern dengan mengusung konsep museum digital.

Gedung Juang 45 merupakan ikon dan pusat sejarah dari Kabupaten Bekasi yang akan diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Iran Pamerkan Artefak Berusia 5.000 Tahun di Museum Inggris, Begini Penampakannya

Museum yang terletak di Jalan Sultan Hasanudin Desa Setiadarma Kecamatan Tambun Selatan ini ternyata memiliki sejarah yang panjang.

Museum ini dahulunya merupakan bangunan milik Khouw Tjeng Kie seorang bangsawan China dan tuan tanah Luitenant der Chinezen.

Gedung ini digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat untuk memantau perkebunan dan pertanian milik mereka.

Baca Juga: Museum di Singapura Ajak Para Wanita Kirimkan Foto Bokong Telanjang untuk Dijadikan Seni

Bangunan tersebut pun dikerjakan secara dua tahap pembangunan, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari unggahan Twitter @pemkabekasi.

Pada tahun 1906 hingga 1910 menjadi tahap pertama dari pembangunan gedung yang satu ini. Berselang lima belas tahun, tepat pada tahun 1925, pembangunan tahap kedua pun dilakukan.

Gedung ini menjadi salah satu saksi sejarah, di mana pada saat perang kemerdekaan melawan Belanda dijadikan tempat pertahanan.

Baca Juga: Simak 20 Daftar Museum di Jakarta yang Tutup Sementara

Yakni oleh para pejuang kemerdekaan yang pada saat itu berpusat di wilayah Tambun dan Cibarusah, pada tahun 1942.

Namun, setahun setelah itu, tentara Jepang mengambil alih gedung ini dan dijadikannya sebagai salah satu pusat kekuatan dalam menjajah Indonesia.

Setelah Jepang menarik diri dari Indonesia, Komite Nasional Indonesia (KNI) menjadikan Gedung Juang Bekasi sebagai kantor Kabupaten Jatinegara pada tahun 1945.

Baca Juga: Museum Digital Gedung Juang 45 Bekasi Resmi Dibuka untuk Umum, Ketahui Harga Tiket dan Akses ke Lokasi

Tidak hanya menjadi kantor kabupaten, gedung ini pun dijadikan sebagai tempat pertahanan dan pusat komando. Terlebih dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari tentara sekutu yang ingin menjajah Indonesia kembali.

Pada tahun 1947 hingga 1949, Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati dan melakukan agresi militer pertamanya.

Gedung Juang Bekasi pun dapat dikuasai oleh Belanda setelah melakukan serangan bertubi-tubi. Akan tetapi, pada tahun 1950, pejuang Indonesia berhasil merebut kembali gedung ini, dan aktivitas pemerintahan pun kembali berlangsung di gedung ini.

Baca Juga: Cek Fakta: KPK Dikabarkan Sita Aset Museum SBY-Ani karena Gunakan Uang Rakyat, Ini Faktanya

Di mana ditempati untuk pertama kalinya oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi.

Gedung ini pun pernah diisi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, yakni Batalyon Kian Santang.

Kemudian, pada tahun 1960, lembaga wakil rakyat berkantor di gedung ini, diantaranya DPRD Sementara, DPRD Tk. II Bekasi dan DPRD-GR. Gedung yang bertransformasi menjadi museum digital ini, sempat juga dijadikan tempat tahanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI), tahun 1962.

Baca Juga: Cek Fakta: Khofifah Dikabarkan Bongkar Aliran Dana Korupsi Pembangunan Museum SBY-Ani, Ini Faktanya

Dua puluh tahun berselang, yakni tahun 1982, Bupati Bekasi yang juga seorang budayawan, Abdul Fatah yang menjabat dari tahun 1973-1983 membentuk Akademi Pembangunan Desa (APD).

Bertempat di wilayah Tambun dengan menggunakan Gedung Juang Tambun sebagai kampusnya.

Akademi Pembangunan Desa (APD) pada masa sekarang ini telah menjadi Universitas Islam 45 Bekasi. Dan telah memiliki kampus sendiri di dekat saluran irigasi Tarum Barat (Kalimalang), Jalan Cut Meutia, Kota Bekasi.

Baca Juga: Dana Hibah 9 Miliar Museum SBY-ANI Batal Cair, Teddy Gusnaidi: Kenapa? Apakah Melanggar Hukum?

Pada tahun 1999, gedung ini pernah menjadi kantor Sekretariat Pemilu dan Dinas Kebersihan serta Pertamanan. Bahkan, sempat dimanfaatkan sebagai Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi.

Pada tahun 2020 yang lalu, Gedung Juang 45 mendapat perhatian yang khusus dari Bupati Bekasi saat ini, Eka Supria Atmaja.

Sehingga dilakukan revitalisasi terhadap gedung yang sarat akan sejarah ini menjadi Museum Digital Gedung Juang 45.

Baca Juga: Kritik Tudingan PDIP Soal Museum SBY-Ani, Yan Harahap: Bicara Atas Nama Rakyat, Tapi Bansos ‘Dirampok’

Setelah direvitalisasi, kali ini Gedung Juang 45 diperuntukkan sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Tentunya, Gedung Juang 45 hadir dengan menggunakan teknologi terbarukan dan sangat menyasar generasi milenial maupun generasi Z.

Dirinya berharap Gedung Juang 45 ini menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat Kabupaten Bekasi dalam mempelajari sejarah Bekasi.

Yakni dari sebelum kemerdekaan, saat memperjuangkan kemerdekaan, hingga mendapatkan kemerdekaan dari para penjajah. Selain itu, dirinya ingin museum digital ini dapat menjadi pusat pembelajaran bagi anak-anak untuk mengenal sejarah dan mencintai daerahnya.

Baca Juga: Tegaskan Museum SBY-Ani Tak Gunakan Dana Pemerintah, Teddy Gusnaidi: Kenapa Dipermasalahkan?

Serta dapat memiliki tekad bersama yang kuat di dalam memajukan Kabupaten Bekasi di masa kini dan yang akan datang.

"Semoga museum ini dapat menjadi pusat pembelajaran bagi anak-anak untuk mengenal sejarah daerahnya, mencintai daerahnya, serta dapat mempunyai tekad bersama untuk memajukan Kabupaten Bekasi agar tambah baik." ujarnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Pemkab Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler