Alasan agar Mudah Pahami Realita Jihad, Teroris JI Rekrut Santri dengan IQ Cerdas

28 Desember 2020, 20:14 WIB
Generasi muda teroris kelompok JI sedang menjalani latihan di salah satu tempat pelatihan teroris. /Humas Polri/

PR BEKASI – Kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI) telah melakukan perekrutan anggota generasi muda sebanyak tujuh angkatan pada periode 2011 hingga 2018 dengan total anggota sebanyak 96 orang.

Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono, kelompok yang mulai dikenal dengan aksi terornya sejak akhir 90-an tersebut tidak sembarangan dalam merekrut anggotanya.

Pimpinan jaringan ini meminta kepada anggotanya untuk merekrut anak-anak santri dengan IQ (Intellectual Quotient) cerdas dan rangking sepuluh besar di pondok pesantrennya.

Baca Juga: La Nyalla Geram Dengar Lagu Indonesia Raya Dilecehkan: Ini Peghinaan terhadap Kehormatan Indonesia

Hal tersebut diketahui setelah Densus 88 berhasil menemukan salah satu dari 12 pusat pelatihan teroris milik Jamaah Islamiyah di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah.

"Target pimpinan (JI) ini merekrut anak-anak muda lulusan terbaik dengan ranking 1-10 di beberapa Pondok Pesantren Pulau Jawa dan pulau lainnya. Ini dilakukan agar generasi muda ini semakin mudah untuk memahami apa yang didoktrin oleh pemimpinnya," katanya Senin, 28 Desember 2020, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari PMJ News.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh pelatih kepala Sasana JI di Semarang yang telah ditangkap Densus 88 beberapa waktu lalu, Joko Priyono alias Karso.

Baca Juga: La Nyalla Geram Dengar Lagu Indonesia Raya Dilecehkan: Ini Peghinaan terhadap Kehormatan Indonesia

Dirinya mengaku diamanahkan oleh pemimpinnya untuk merekrut santri dengan IQ terbaik dari beberapa pondok pesantren.

"Saya diamanahkan oleh pimpinan kami Para Wijayanto untuk melatih anggota muda generasi kita (JI). Kita rekrut dari beberapa pondok yang agamanya bagus dan pintar. Targetnya ranking 1-10 di pondok pesantrennya. Karena Mumin (keagamaannya bagus) kan lebih mudah dicintai," tuturnya.

Dalam perjalanannya, menurut Karso ada juga anak-anak dengan nilai kelulusan di ranking 20-10 di ponpesnya.

Baca Juga: Terbongkar! Sebelum Dikirim ke Suriah, Generasi Muda Teroris JI Dilatih Bergaya Militer di Semarang

Hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan oleh kelompoknya, yang terpenting anak-anak generasi muda ini mau melaksanakan pelatihan dan ajaran-ajaran yang telah disiapkan oleh kelompok tersebut.

"Dari lulusan beberapa pondok ini tujuan kita ingin membentuk kepemimpinan masa depan yang memahami realita jihad," kata Karso.

Menurut Karso, pelatihan basic awal bela diri diperlukan untuk membentuk anggotanya menjadi sekelas atlet selama enam bulan, termasuk juga pandai menggunakan pedang dan samurai.

Baca Juga: Hore, Kabar Baik untuk PNS, Tahun Depan THR dan Gaji 13 Dipastikan Dibayar Utuh Tanpa Potongan

Selama pelatihan, dalam sebulan di sasana tersebut membutuhkan dana sekitar Rp65 juta yang digunakan untuk membayar biaya bulanan delapan pelatih dan juga biaya untuk makan sehari-hari dan kebutuhan lainnya.

Karso menambahkan, dana didapatkan dari infaq para anggotanya minimal Rp100 ribu yang didapatkan dari 6 ribu anggota Jamaah Islamiyah di era kepemimpinan Para Wijayanto.

"Waktu Itu saja bisa 600 juta. Belum lagi sumbagan lainnya, ada donatur yang beri 25 juta sampai 100 juta rupiah. Jadi bulanan kami dari situ dan dana infaq itu juga untuk mengirim anggota ke Suriah. Satu angkatan dibutuhkan dana 300 juta rupiah untuk dikirim ke Suriah. Dan itu selalu ada dananya," kata Karso.

Baca Juga: JK Sebut APBN Indonesia Bisa Ludes karena Utang, Rocky Gerung: Istana Kok Begitu Aja Gak Paham

Senada dengan Karso, salah satu anggota muda Jamaah Islamiyah bernama Ahmad Hafidz mengatakan, ia masuk tahun 2013 ke Sasana tersebut.

Dirinya langsung mengikuti pelatihan bela diri wushu serta materi tambahan seperti lempar pisau, lempar bintang sampai penggunaan samurai.

Ahmad Hafidz mengaku menjadi salah satu anggota yang dikirim ke Suriah yang lama di sana mendapatkan latihan dasar kemiliteran sampai sebulan dan mendapat pembelajaran agama.

Baca Juga: Viral! Dosen Harvard Sebut Minyak Kelapa Layaknya Racun, Guru Besar IPB Beri Jawaban Menohok

Di Suriah, dirinya bergabung dengan kelompok Ja’bah Mitroh dan diminta untuk memperbantukan menjaga rumah sakit serta wilayah perbatasan.

"Saya mendapat pelatihan militer di sana dan juga belajar agama. Lalu ditugaskan di beberapa tempat seperti rumah sakit dan menjaga perbatasan," kata Ahmad Haridz.

Ahmad Hafidz berhasil ditangkap Tim Densus 88 Anti Teror Polri dan telah dinyatakan bersalah dengan vonis hukuman 5 tahun penjara.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler