Ingatkan Para Politisi, Budiman: Semoga Indonesia Tak Terjadi Perang Saudara Seperti di Timur Tengah

2 Januari 2021, 22:08 WIB
Budiman Sudjatmiko menyentil politisi saat ini yang mencari tenar dari polemik kebangsaan saat ini. /youtube.com/helmyyahyabicara

PR BEKASI - Kader PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko mempertanyakan ketika manusia-manusia Indonesia menggelandang ke berbagai negara lain untuk mencari suaka, maka siapa yang akan diuntungkan dengan perilakunya tersebut.

Sebelumnya, pada akun Twitter Budiman Sudjatmiko, dia berkicau mengenai kejadian yang pernah terjadi di Maluku.

Dikatakan Budiman Sudjatmiko pada akun Twitter miliknya @budimandjatmiko, saat itu masyarakat dipaksa oleh sekelompok orang yang tidak mereka kenal yang mengaku satu agama, satu suku, atau satu aliran dengan mereka.

Baca Juga: Mensos Risma Sidak ke Gorong-Gorong, Rocky Gerung: Harusnya Sidak di Bawah-bawah Meja Dirjennya

Mereka dipaksa untuk memusuhi atau bahkan membunuh saudara atau tetangga yang selama puluhan tahun telah hidup bersama dan berdampingan, hanya karena mereka berbeda agama atau satu agama hanya beda aliran.

"Kita dipaksa sekelompok orang yang tak kita kenal yang mengaku 1 agama, suku, atau 1 aliran dengan kita untuk memusuhi atau membunuh saudara atau tetangga yang puluhan tahun hidup bersama kita karena mereka berbeda agama atau seagama tapi beda aliran. Tanya saudara2mu di Maluku," cuit Budiman.

Dampaknya, ada luka batin dan luka fisik, yang menurut Budiman, luka fisik terasa menyakitkan dan luka batinnya membutuhkan cukup  waktu untuk sembuh.

Baca Juga: BPBD DKI Jakarta: Waspadai Potensi Hujan Disertai Petir Tiga Hari Kedepan

Sementara mereka yang terbebas dari luka fisik, menggelandang di antara bangsa untuk mencari suaka baginya.

"Luka fisiknya menyakitkan dan luka batinnya lama. Yang terbebas dari luka fisik, menggelandang di antara bangsa-bangsa sebagai pencari suaka," katanya.

Budiman bertanya-tanya, ketika manusia-manusia Indonesia yang tengah mencari suaka di tanah lain dan meninggalkan tanah airnya sendiri yang subur maka siapa yang diuntungkan akan hal itu.

"Saat manusia2 Indonesia menggelandang sebagai pencari suaka diantara bangsa2 meninggalkan tanah airnya yang subur, siapa yang akan dapat untungnya," cuit Budiman.

Baca Juga: Pahami Pasanganmu! Apakah Dia Termasuk Orang yang Melakukan Pelecehan secara Emosional?

Dia menyatakan, para politisi lokal yang ambisius dan oportunis tersebut akan memberi jalan oportunis skala global untuk mencari untung.

Hal itu juga akan menempatkan mereka untuk menjadi penguasa Indonesia agar Indonesia tetap tak dianggap di mata dunia.

"Jadi politisi2 ambisius/oportunis lokal ini akan memberi jalan oportunis2 global yang cari untung & menempatkan mereka jadi penguasa Indonesia supaya tetap jadi negara kelas kambing congek di dunia," cuit Budiman Sudjatmiko.

Dia mengajak untuk melihat bagaimana keadaan warga Irak, Afghanistan, dan juga Yaman serta Suriah yang masih terjadi perang antarsaudara mereka sendiri.

Baca Juga: Mensos Risma Sidak ke Gorong-Gorong, Rocky Gerung: Harusnya Sidak di Bawah-bawah Meja Dirjennya

Menurutnya, mereka yang berperang sedang merebutkan tempat di surga sementara tanah yang mereka tinggali dijadikan neraka.

"Lihat Irak, Lihat Afghanistan, lihat Yaman. Juga Suriah yang masih saling bunuh di antara sesama mereka dengan senapan, pedang, golok, bom, tank.. Mereka sedang berebut klaim tempat di surga sambil menciptakan neraka di kampung halaman mereka sendiri," katanya.

Budiman melanjutkan, agar apa yang terjadi di sana tak terjadi di Indonesia, yaitu menyelesaikan masalah dengan jalan perang maka sudah seharusnya menyelesaikan masalah itu melalui politik.

Selagi waktu masih berpihak, Budiman mengajak untuk mempelajari sejarah dan geopolitik.

Baca Juga: Harga Kedelai Melonjak, Pengrajin Tahu dan Tempe di Jabodetabek Gulung Tikar

"Agar tak seperti mereka yang harus mengatasi masalahnya melalui perang, kita harus menyelesaikannya secara politik. Mumpung waktu masih berpihak pada kita. Menyakitkan tapi tak mematikan. Belajarlah sejarah & geopolitik. Itu bekalmu berpolitik & bernegara. Jangan naif," cuitnya.

Menurutnya, menjadi pejuang kebebasan tidaklah cukup karena itu perlu juga untuk menjadi pejuang dalam kemanusiaan dan pejuang peradaban.

Selain itu membaca pamflet ketika masih menginjak masa muda juga tidak cukup, diperlukan juga kemampuan untuk membaca tanda-tanda zaman bahkan sebelum zaman itu ditulis oleh orang lain.

Baca Juga: Harga Kedelai Melonjak, Pengrajin Tahu dan Tempe di Jabodetabek Gulung Tikar

"Jadi pejuang kebebasan saja tak cukup, jadilah juga pejuang kemanusiaan & pejuang peradaban. Membaca pamflet di masa muda saja tak cukup, baca juga tanda2 zaman bahkan sebelum ia ditulis oleh orang lain," katanya.

Budiman menyampaikan menjejali ide yang baik di dalam kepala itu semudah menyalakan rokok sembari membaca buku.

Akan tetapi ketika semuanya dimasukkan secara bersamaan maka antreannya hanya akan menularkan kebodohan, bukan kecerdasan. Orang yang merasa pandai dan suci pun akan ikut tertular.

Baca Juga: Jelang Sidang Pra Peradilan Rizieq Shihab, PN Jaksel Minta Pengamanan Polisi

"Semua ide baik sedunia bisa kau jejalkan DALAM KEPALAMU semudah kau nyalakan rokok sambil membaca koleksi bukumu. Tapi saat semuanya didesakkan berbarengan, antriannya menularkan kebodohan. Bukan kecerdasannya. Dan KAU yang merasa pandai & suci tertular pula!" kicaunya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @budimandjatmiko, pada Sabtu, 2 Januari 2021.

Budiman mencatat Indonesia tidak pernah kekurangan ide dan niat baik, tetapi dalam sejarah juga mencatat Indonesia juga tidak kekurangan perilaku jahat yang rela membunuh karena adanya ide yang baik tersebut.

Dia menilai ide baik yang memiliki topangan berdasarkan ilmu dan teknologi yang memadai justru merupakan faktor pembunuh yang terbesar.

Baca Juga: Tegur Jokowi Soal Pembubaran FPI, Amien Rais: Ini Langkah untuk Habisi Bangunan Demokrasi Kita

"Ide2 & niat2 baik? Kita tak pernah kekurangan. Tapi sejarah juga tak kekurangan perilaku jahat yang membunuh sesama krn ide baik. Ide baik yang tak ditopang ilmu & teknologi yang memadai adalah faktor pembunuh manusia terbesar. Kenapa? Karena berdesak2an tak bisa antri," katanya.

Karena itu, Budiman Sudjatmiko menyarankan daripada memaksakan agar ide yang dimiliki harus menjadi nomor 1 dalam antrean, kenapa tidak mencoba untuk menyelamatkan hidup setara dalam damai.

"Jadi daripada memaksakan ide baikmu harus nomor 1 di antrian, kenapa tak menyelamatkan hidup setara dalam damai & merebut ilmu pengetahuan supaya tiba masanya (tak lama lagi), semua ide baik tadi jadi nyata nyaris berbarengan tanpa menularkan kebodohan & kekerasan?" kata Budiman Sudjatmiko.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler