Sebut Ada Polarisasi Politik Bermula dari Pilkada 2017, SBY: Ini Membahayakan Masa Depan Bangsa Kita

9 Januari 2021, 12:37 WIB
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan kekhawatirannya akan kehidupan bermasyarakat di Indonesia. /ANTARA/Arif Firmansyah/

PR BEKASI - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan kekhawatirannya akan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, akhir-akhir ini kehidupan bermasyarakat di Indonesia sangat jauh dari kerukunan atau harmoni sosial, dan juga jauh dari semangat persaudaraan sebagai saudara sebangsa.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai, hal itu dimulai sejak Pilkada Jakarta 2017 lalu.

Baca Juga: Risma Pekerjakan Pemulung di BUMN, Said Didu: Gawat, BUMN Itu Butuh Profesionalisme dan Keahlian Bu

"Dengan tekun saya amati apa yang terjadi di negeri kita 3-4 tahun terakhir ini. Bermula dari dinamika politik pada Pilkada Jakarta tahun 2017, sepertinya dalam kehidupan masyarakat kita terbangun jarak dan pemisah yang semestinya tak terjadi," kata SBY, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari unggahan Facebook Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu, 9 Januari 2021.

"Terbangun polarisasi yang tajam di antara kita, baik karena faktor identitas, politik maupun ideologi. Sepertinya masyarakat kita harus dibelah dua, kita dan mereka. Bahkan, kita lawan mereka," sambungnya.

SBY menuturkan, bahkan saat ini sebagian dari bangsa Indonesia menganggap mereka yang tidak sama identitasnya (agama misalnya), partai politiknya, dan juga garis ideologinya adalah lawan.

Baca Juga: Masukkan PMKS Bekerja di Anak Usaha BUMN, Risma: Semoga Jadi Penyemangat Bagi Para Pemulung Lain

"Untuk berbicara pun merasa tidak nyaman, bahkan menembus lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama, bahkan lingkaran-lingkaran keluarga," ujar SBY.

SBY pun turut prihatin jika hawa permusuhan tersebut juga ikut menembus lingkaran tentara dan polisi yang seharusnya menjadi contoh dalam persatuan dan persaudaraan sebagai bangsa Indonesia.

"Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita," ujar SBY.

Baca Juga: Akun Donald Trump Ditutup, Ustaz Fahmi Salim: Di Negara Lain Akun Rakyat yang Kritis Malah Ditutup

SBY lantas teringat apa yang dia alami pada tahun 1964-1965 dulu, saat dirinya masih bersekolah SMA.

"Masyarakat kita, bahkan hingga tingkat grassroots, terbelah karena faktor politik dan ideologi. Polarisasi sosial tajam. Pelajar, mahasiswa, pemuda, guru, buruh, petani, dan sejumlah masyarakat terbelah. Bahkan berhadap-hadapan," tutur SBY.

Oleh karena itu, SBY mengingatkan, jika polarisasi antarkubu politik sangat tajam, kehidupan demokrasi pasti tidak sehat.

Baca Juga: Fadli Zon Dilaporkan, Gus Umar Singgung Ganjar Pranowo: Jangan Sok Jadi Pemilik Tunggal Kebenaran

Salah satunya, dalam memilih calon-calon pemimpin baik di pusat maupun daerah akan sangat dipengaruhi dan bahkan ditentukan apakah mereka memiliki identitas, paham ideologi, dan politik yang sama.

Sehingga menurutnya, pertimbangan utama dalam memilih pemimpin seperti faktor integritas, kapasitas, dan kesiapan untuk memimpin dianggap tak lagi penting.

"Kalau hal begini menjadi kenyataan di Indonesia, dan dari tahun ke tahun makin ekstrem, bisa dibayangkan masa depan negeri ini," ujar SBY.

Baca Juga: Blusukan Mensos Dinilai Manuver Politik, Ujang Komarudin: Risma Bisa Didorong Jadi Gubernur di 2022

"Kalau polarisasi sosial dan ekstrem, kontestasi dalam Pemilu dan Pilkada bisa sangat keras dan tidak damai. Bagi Indonesia yang sepanjang sejarahnya selalu ada konflik, baik vertikal maupun horizontal, keadaan buruk seperti itu harus kita cegah dan hindari," sambungnya.

Oleh karena itu, SBY mengatakan, mumpung belum terlalu jauh polarisasi sosial dan politik di Indonesia, para pemimpin dan semua elemen bangsa harus sadar bahwa sesuatu harus dilaksanakan, karena pembiaran adalah dosa dan kesalahan besar.

"Di sisi lain, jangan lupa ada yang justru menginginkan dan memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya," kata SBY.

Baca Juga: Bicara Soal Utang Negara, SBY: Pemimpin yang Baik Tak Akan Wariskan Beban pada Pemerintah Berikutnya

Menurut SBY, jika ada pihak-pihak yang berpikiran dan bertindak untuk memelihara polarisasi sosial-politik, maka mereka bukan hanya tidak bertanggung jawab tetapi juga tidak bermoral.

"Sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang sudah benar-benar terbelah dan terpolarisasi secara tajam, sangat tidak mudah untuk menjatukannya kembali," kata SBY.***





Editor: Rika Fitrisa

Tags

Terkini

Terpopuler