Hindari Potensi Wabah Virus Nipah, Indonesia Wapadai Babi Asal Malaysia

28 Januari 2021, 08:43 WIB
Ilustrasi sejumlah bangkai babi yang mati akibat terserang virus. /ANTARA/HO-Dinas Peternakan Kabupaten Lembata.

PR BEKASI - Indonesia hingga kini belum tercatat pernah mengalami wabah virus Nipah (NiV) yang dianggap dapat menjadi wabah penyakit berat lainnya yang kini ramai dibicarakan kembali. 

Berbeda dengan Malaysia, di negara tetangga itu wabah virus Nipah pernah menjangkit di kalangan peternak Babi pada tahun 1999 lalu. 

Sebab itu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto mengatakan bahwa Indonesia harus mewaspadai potensi penyebaran virus tersebut.

"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar buah," kata Didik seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Kamis, 28 Januari 2021.

Baca Juga: Kagum dengan Aksi Kekerasan, Remaja Ini Lakukan Radikalisasi Mandiri dan Serang Masjid di Singapura

Virus Nipah ini dilaporkan memiliki masa inkubasi berkisar dari 4 hingga 14 hari. Tetapi dalam kasus lain dilaporkan bisa mencapai 45 hari.

Hasil penelitian menyebut bahwa kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatra, terkhusus Sumatra Utara yang berdekatan dengan Malaysia.

"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia," kata Didik.

Karena itu perdagangan babi ilegal dari daerah yang terinfeksi, kini menjadi fokus pemerintah untuk melakukan pencegahan.

Baca Juga: Doakan Kepergian Peracik Bumbu Nunuk Nuraini, Habib Ja'far: Indomie Sering Temani Kita Saat Lapar

Selain itu pemerintah juga melakukan pengetatan ekspor dan impor komoditas babi dan produk antara Malaysia dan Indonesia.

Menurut Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia, pemerintah Indonesia hanya menerima kiriman yang disertai dengan sertifikat kesehatan dan dikeluarkan oleh Departemen Layanan Hewan Malaysia untuk menyatakan bahwa babi yang diekspor sehat.

Untuk memastikan pencegahan bisa dilakukan secara maksimal, Kemenkes melalui pendekatan One Health, akan terintegrasi dengan Kementerian Pertanian, seperti Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Baca Juga: Kembali Hadir di Tahun Baru, ShopeePay Talk Bagikan Kiat Sukses Lewat Bisnis Franchise

"Implementasi pendekatan One Health ini adalah salah satunya integrasi sistem informasi surveilans antara Kemenkes, Kementan dan LHK. Disamping itu juga melakukan kolaborasi dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pencegahan penanggulangan penyakit," kata Didik.

Sementara itu virus yang juga pernah mewabah di Bangladesh pada tahun 2001 itu, dikabarkan memiliki tingkat kematian kasus mencapai 40 persen hingga 75 persen.

Angka tersebut dapat bervariasi tergantung pada wabah, tergantung pada kemampuan lokal untuk  melakukan manajemen klinis serta surveilans epidemiologi atau analisis secara sistematis secara terus menerus.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler