Anggap KLB Demokrat 'Moeldoko' Lebih Rendah Dibanding Arisan, Ketua DPD Sulsel Beberkan Adanya Ancaman

13 Maret 2021, 06:10 WIB
Ketua DPD I Demokrat Sulawesi Selatan Ni'matullah Erbe menjadi sorotan usai sebut KLB di Sumatra Utara berada satu tingkat di atas arisan. /Instagram/@nimatullaherbe

PR BEKASI - Gelombang penolakan hasil Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatra Utara terus disuarakan oleh kader internal Partai Demokrat.

Seperti yang diutarakan Ketua DPD I Partai Demokrat Sulawesi Selatan, Ni'matullah Erbe yang dikutip dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Sabtu, 13 Maret 2021 oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Ia menyatakan bahwa kader Demokrat di Sulawesi Selatan secara terus terang tidak mengakui kegiatan yang terjadi di Sibolangit, Sumatra Utara sebagai Kongres Luar Biasa (KLB).

Karena, menurut Ni'matullah Erbe, banyak sekali faktor yang disyaratkan dalam KLB yang tidak terpenuhi dalam kegiatan tersebut. Bahkan ia menyebut kegiatan tersebut lebih rendah dari sekadar acara arisan.

Baca Juga: Minta Moeldoko Mundur, Rachland Nashidik: Bahkan Ibu Megawati Tak Akan Setuju Ambil Alih Paksa Partai Demokrat

Baca Juga: Patung 'Buddha' Trump Banyak Dijual di e-Commerce China: Make Company Great Again

Baca Juga: Dukung Pengebangan Vaksin Merah Putih dan Nusantara, Jokowi: Kita Percepat Produksi jika Semua Tahap Beres 

"Pertemuan itu menurut saya satu tingkat di bawah arisan. Karena organisasi yang Pak Sri dari BPI ini tahulah. Kita ini semua orang-orang yang dibesarkan dari organisasi, baik organisasi pemuda maupun mahasiswa," kata Ni'matullah Erbe.

Dia mengungkapkan bahwa untuk organisasi di tingkat Kabupaten saja apabila memilih ketua dan yang dicalonkan tidak hadir maka tidak dapat dipilih.

"Kenapa saya sebut satu tingkat di bawah arisan? Arisan pun kalau dikocok keluar nama orangnya tidak hadir kan diulang, nah itu sederhananya," ujarnya.

Sementara yang kedua adalah, kegiatan baru dapat disebut Kongres jika ada perangkatnya. Ada perangkat Kongres, ada panitia, dan kemudian saat Kongres berjalan ada presidium sidang.

Baca Juga: Anies Tak Tahu Teknis Pengadaan Lahan Rumah DP Nol Rupiah yang Dikorupsi, Ferdinand: Berarti Tidak Kerja 

Akan tetapi, dijelaskan Ni'matullah, semua perangkat tersebut tidak terpenuhi sehingga akhirnya dipertanyakan keabsahan KLB tersebut.

Dia sendiri tidak ingin mengakui kalau itu adalah KLB karena menurutnya kegiatan itu hanya sekadar kumpul-kumpul luar biasa saja.

"Menurut saya ya, kita dibesarkan oleh organisasi dan punya pengalaman panjang berorganisasi. Seluruh yang kita pahami sepengalaman kita, Kongres Luar Biasa, Munas Luar Biasa, atau apa pun itu namanya selalu diawali oleh mosi tidak percaya," ujarnya.

Menurutnya, KLB didahului oleh adanya mosi tidak percaya yang direspons secara baik oleh pengurus yang sedang mengelola organisasi.

Setelah itu, baru dilakukan tahapan selanjutnya untuk melaksanakan Kongres Luar Biasa atau Munas Luar Biasa.

Baca Juga: Soroti Kisruh Partai Demokrat, Pengamat: Negara Tak Boleh Tersandera Agenda Politik Pribadi 

"Hari ini, tidak ada riak yang cukup serius di internal Partai Demokrat, malah kita sedang nyaman-nyamannya berpartai dengan pola dan cara kepemimpinan AHY. Sehingga tiba-tiba ada pihak yang melakukan kasak-kusuk kiri kanan dengan ancaman-ancaman tertentu," kata Ni'matullah Erbe.

Dikatakannya, kalau dia juga mendapat masukan tertentu dari DPC di Sulawesi Selatan.

Dia menyebutkan ada ancaman kalau kegiatan tersebut dipastikan akan berjalan mulus karena ada kekuasaan atau pemerintah di belakangnya.

"Bagi kami-kami ini yang sudah senior, paham itu hanya retorika ancaman tetapi kan ada pihak-pihak apalagi pengurus di tingkat DPC yang bisa jadi termakan oleh ancaman-ancaman seperti itu," ucap Ni'matullah Erbe.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler