Hari Perawat Nasional, Sejarah Keperawatan di Indonesia yang Pernah 'Tenggelam' di Masa Penjajahan Jepang

17 Maret 2021, 16:43 WIB
Ilustrasi perawat. /AFP/Bryan R. Smith

PR BEKASI - Peran perawat dalam masa pandemi saat ini tentu sangat vital dalam menunjang sistem kesehatan nasional.

Ternyata sejarah keperawatan di Indonesia bukan baru-baru ini saja namun sudah sejak lama.

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda lalu berlanjut kedatangan Inggris dan Belanda hingga sekarang.

Namun tahukah Anda bahwa hari ini 17 Maret senantiasa diperingati sebagai hari perawat nasional. Yuk simak sejarah salah satu unsur terpenting dalam menunjang sistem kesehatan nasional saat ini.

Baca Juga: Pemerintah Ingin Impor Sejuta Ton Beras, Pengamat: Miris! Musim Panen Begini Kok Masih Impor

Baca Juga: Gatot Nurmantyo: Mau Jadi Apa Bangsa Ini? Tinggal Tunggu Saja Bangsa Ini Bisa Punah

Baca Juga: Tak Terima Disebut Gunakan UU Parpol Basi, Jhoni Allen: Inilah Jagonya Kader-kader Demokrat AHY yang Penjilat 

Masa Penjajahan Belanda

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi dikenal dengan Velpeger yang dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Pada 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.

Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat.

Lalu, Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya, dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

Baca Juga: Pekerja Migran jadi Tanggung Jawab Pemerintah, Menaker: Kita Dorong Agar Dapat Kuota Kartu Prakerja

Masa Penjajahan Inggris (1812–1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat.

Berangkat dari semboyannya yaitu "kesehatan adalah milik manusia", ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain, pencacaran umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa, dan kesehatan para tahanan.

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju.

Pada 1819 didirikan RS Stadverband di Glodok Jakarta dan pada 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Pada 1816–1942, berdiri juga rumah sakit–rumah sakit yang hampir bersamaan yaitu RS PGI Cikini Jakarta, RS ST Carollus Jakarta, RS ST. Boromeus di Bandung, dan RS Elizabeth di Semarang.

Lalu di masa kepemimpinan Sir Thomas Stamford Raffles juga berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

Baca Juga: Tegaskan Kembali Fatwa MUI, Ma'ruf Amin: Vaksinasi di Bulan Ramadhan Tidak Batalkan Puasa 

Zaman Penjajahan Jepang (1942–1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan.

Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang hingga akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.

Zaman Kemerdekaan

Pada 1949, mulai adanya pembangunan di bidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan.

Pada 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP.

Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti dan Fadli Zon Satu Suara Minta Jokowi Setop Impor Beras 

Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan. Pada 1985 didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.

Pada 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS, dan lain-lain.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler