PR BEKASI - Tokoh asal Papua, Christ Wamea buka suara soal kubu Moeldoko yang menuding organisasi radikal nyaman berlindung di balik Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.
Juru Bicara Partai Demokrat kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad menyebut paham radikal tumbuh subur di masa kepemimpinan Presiden Indonesia ke-6 tersebut sehingga menyebabkan banyak kasus intoleransi terjadi.
Melihat kubu Demokrat berkata demikian, tokoh asal Papua tersebut menyebut kubu tersebut adalah perkumpulan orang stres.
"Ini rombongan stres," ujar Christ Wamea sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @PutraWadapi, Senin, 29 Maret 2021.
Baca Juga: Natalius Pigai Minta Presiden Jokowi Tegur Mahfud MD terkait Pernyataannya Soal Teroris
Baca Juga: Terduga Teroris di Condet Jakarta Timur Dikenal Warga Sekitar sebagai Orang yang Tertutup
Sebelumnya, Rahmad dalam kesempatannya mengatakan hal berikut.
"Semasa SBY menjadi Presiden, diakui bahwa paham radikal tumbuh subur dan seakan akan mendapat tempat di Indonesia," kata Rahmad.
Selain mengakibatkan berkembangnya sikap intoleran, ujar Rahmad, menjamur hoaks serta fitnah-fitnah pun turut menjadi hal yang lumrah akibat adanya paham radikal yang tidak dicegah ketika itu.
"Yang kasihan adalah masyarakat luas yang disuguhi informasi yang menyesatkan," tuturnya.
Lebih lanjut, Rahmad menyampaikan, ketika organisasi radikal dibubarkan oleh pemerintahan Joko Widodo, pihaknya mendeteksi kalau organisasi itu mencari tempat berlindung ke partai Demokrat.
Menurutnya organisasi berpaham radikal itu merasa nyaman dengan Demokrat.
"Setidaknya, kelompok radikal itu merasa nyaman dengan Partai Demokrat. Apalagi jika dikasih ruang untuk masuk ke dalam legislatif, maka itu akan membahayakan masa depan Indonesia," tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mau memimpin partai Demokrat.
Menurutnya, Moeldoko berani mengambil resiko supaya Demokrat terhindar dari pengaruh-pengaruh radikal yang akan membahayakan masa depan bangsa dan negara.
Rahmad tidak masalah apabila isu adanya eks organisasi radikal di dalam tubuh partai berlambang mercy itu lantas dibantah oleh pendukung SBY dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Tetapi ia hanya mengingatkan akan adanya fakta sejarah yang mengungkap kelompok radikal tengah berlindung di balik SBY.
"Yang kami lihat adalah fakta sejarah dimana kelompok radikal saat ini berusaha mencari tempat berlindung dan kelihatannya kelompok radikal itu nyaman berada di belakang bayang-bayang SBY," tuturnya.***