Isi Dua Surat Wasiat Terduga Teroris Mirip, Mohon Maaf pada Ibu hingga Minta Tinggalkan Riba

1 April 2021, 13:29 WIB
Polri menembak mati satu terduga teroris berjenis kelamin perempuan, yang diduga hendak menyerang markas besar (Mabes) Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Rabu, 31 Maret 2021. /ANTARA/HO-Humas Polri/am/ANTARA

PR BEKASI - Aksi teror dalam sepekan di akhir bulan Maret 2021 menyita perhatian, masyarakat Indonesia karena terjadi hanya berselang tiga hari.

Awalnya aksi bom bunuh diri oleh sepasang suami istri dengan usia pernikahan 6 bulan terjadi di depan gereja Katedral, Makassar pada Minggu, 28 Maret 2021.

Kemudian aksi penerobosan oleh gadis 26 tahun berbekal semacam pistol yang berujung ditembak mati oleh aparat di Mabes Polri.

Kasus ini telah menimbulkan pertanyaan terkait sejauh mana hubungan kedua pelaku atas aksi teror di Makassar dan di Jakarta tersebut.

Baca Juga: Arief Muhammad Layangkan Surat Terbuka, Anya Geraldine hingga Atta Halilintar Beri Dukungan

Baca Juga: Kutuk Keras Aksi Teror Mabes Polri, Riza Patria: Pencegahan Ekstra Akan Dilakukan Pemprov DKI Jakarta

Meski masih didalami oleh pihak berwenang, terpantau isi surat wasiat kedua pelaku yang ditujukan kepada keluarga yang ditinggalkan memiliki isi yang mirip.

Setelah membuka surat dengan kalimat salam, isi surat kedua pelaku teror yang ditulis tangan itu memberikan keterangan awal 'Wasiat kepada orang yang saya cintai karena Allah'.

Kedua pelaku juga menulis permintaan maaf kepada Ibu masing-masing disertai pesan agar tidak meninggalkan ibadah kepada Allah.

"Wahai ummy ku minta maaf kalo ada salahku baik perilaku maupun lisanku. Jangan ki lupa senantiasa beribadah kepada Allah dan jangan ki tinggalkan sholat. Semoga Allah kumpulkan ki di surganya," kata pelaku bom Katedral.

"Wahai mamaku, maafin Zakiah yang belum pernah membalas pemberian keluarga. Mama, ayah jangan lupa senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan jangan tinggalkan salat. Semoga Allah kumpulkan kembali keluarga di surga," kata ZA pelaku di Mabes Polri. 

Baca Juga: Duga Teroris yang Serang Mabes Polri Pakai Pistol Mainan, Deddy Corbuzier: Berarti Orang Ini Ditipu

Baca Juga: Satgas Sebut Ada Lima Kecamatan di Kabupaten Bekasi Nihil Kasus Covid-19

Selanjutnya dalam isi surat wasiat, kedua pelaku juga menyatakan kecintaan terhadap ibunya, namun kemudian menulis  'Allah lebih menyayangi hambanya'. 

Meski tindakan bunuh diri dilarang serta dibenci Tuhan, kedua pelaku justru mengeklaim bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan jalan yang benar seperti Nabi.

"Makanya saya tempuh jalanku sebagai mana jalan Nabi/Rasul Allah untuk selamatkan ki dan bisa ki kembali berkumpul di surga," kata pelaku bom Katedral Makassar.

"Makanya Zakiah tempuh jalan ini sebagaimana jalan Nabi/Rasul Allah untuk selamatkan Zakiah dan dengan izin Allah bisa memberi syafaat untuk Mama dan keluarga di akhirat," kata ZA pelaku teror Mabes Polri.

Isi tulisan yang mirip lainnya adalah kedua pelaku sama-sama meminta agar keluarganya berhenti melakukan, beralasan bahwa hal itu tidak diberkahi oleh Allah. 

Baca Juga: Tebak Pola Pikir Teroris, Ferdinand Hutahaean: Dikandung 9 Bulan, Setelah Besar Pilih Mati Bunuh Diri 

Perbedaan terletak pada pelaku bom katedral, ia menyatakan bahwa dirinya meninggalkan uang simpanan miliknya untuk melunasi utang riba keluarganya. Termasuk arahan agar uang kontrakan yang dimilikinya bisa dipergunakan.

"Ini ada uang simpananku 2.350.000 untuk bayar pinjaman di bank dan itu uang kontrak rumahku masih ada 5 bulan di karyawan laundrynya mus. 500.000/bulan na kontrakan ambil meri tiap bulan, simpan ki untuk bayar pinjaman." kata pelaku bom katedral.

Kesamaan lainnya, kedua pelaku meminta agar keluarga lainnya, seperti Ayah dan saudara lainnya agar tetap menjaga ibadah.

Belum diketahui sejauh mana hubungan antara kedua pelaku dalam aksi terorisme di dua tempat tersebut.

Namun diketahui lebih lanjut, bahwa ZA pelaku penyerangan Mabes Polri diketahui memiliki kartu tanda anggota Perbakin sejak setahun lalu.

 Baca Juga: Mabes Polri Diteror, Puan Maharani Minta Semua Pihak Tidak Panik dan Takut

Terhadap ZA, Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menyebut bahwa dalam tindak pidana seperti terorisme ini tidak ada sesuatu yang kebetulan.

"Sebetulnya tidak ada yang kebetulan di dalam sebuah perencanaan tindakan pidana, biasanya mereka sudah tentu melalui proses yang panjang berliku, hanya sekarang mereka setelah persiapan segala rupa titik poin ditentukan mana yang ada," kata Wawan Purwanto seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal Youtube Mata Najwa, Kamis, 1 Maret 2021.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler