Tokoh NU dan Muhammadiyah 'Dihilangkan', Ustaz Fadlan: Waspada Saat Ini Mulai Ada Pemutarbalikan Sejarah

23 April 2021, 10:32 WIB
Pemimpin Yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) Ustaz Fadlan Garamatan mengingatkan umat Islam terhadap bahaya pemutarbalikan sejarah tokoh-tokoh Islam. /Tangkapan Layar kanal Youtube Amazing People

PR BEKASI - Dai dari Pedalaman Irian Jaya dan juga Presiden Al-Fatih Kaaffah Nusantara, Fadlan Garamatan, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati karena adanya pemutarbalikkan sejarah.

Ustaz Fadlan Garamatan menyebut, saat ini mulai terjadi pemutarbalikkan sejarah pada Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Arab yang memperjuangkan kemerdekaan keutuhan dari NKRI saat itu.

"WASPADA Saat ini mulai pemutarbalikan sejarah, NU, Muhammadiyah, Arab yang perjuangkan kemerdekaan NKRI," kata Ustaz Fadlan Garamatan, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @fadlannuuwaar pada Jumat, 23 April 2021.

Baca Juga: Penyidik KPK Resmi Jadi Tersangka Kasus Jual-Beli Jabatan, Firli Bahuri: Tak Ada Toleransi

Dia menambahkan bahwa sejarah tersebut secara perlahan nampaknya dihilangkan dan siapa dalang yang berada di balik kejahatan kedaulatan NKRI perlahan semakin diketahui.

"Perlahan dihilangkan (sejarah), sudah makin tahu siapa di balik kejahatan kedaulatan NKRI," tambah Ustaz Fadlan Garamatan.

Cuitan dari Ustaz Fadlan tersebut mendapat banyak atensi dari netizen di media sosial Twitter.

Salah seorang dari mereka mengatakan kalau waspada saja tak cukup, tetapi juga disertai dengan mempersiapkan diri.

Baca Juga: Terus-menerus Menangis Saat Umumkan Kehamilan, Netizen Yakin Nathalie Holscher Tidak Akan Berpisah dengan Sule

Sementara yang lain menyatakan bahwa musuh saat ini sudah beraksi di depan mata.

"Musuh sudah beraksi di depan mata, masihkah cukup dengan waspada tanpa tindak nyata," kata salah satu akun.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Fiqih menyayangkan adanya kamus yang kontroversial terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Kamus yang berjudul Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dan II itu tetap saja beredar, bahkan diperjualbelikan di toko daring.

Baca Juga: Perannya Sebagai Sub-Zero di Mortal Kombat Bikin Pangling, Joe Taslim: Semuanya Bilang 'Kamu Sangat Jahat'

"Padahal kata Mas Menteri (Nadiem Makarim) dan Dirjen Kebudayaan sudah ditarik," kata Abdul Fikri Fiqih, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara.

Dia melanjutkan, penarikan itu pun menjadi percuma saja karena kamus tersebut sudah terlanjur beredar di masyarakat.

"Kecuali dilarang," tambahnya.

Terkait dengan dijualnya kamus tersebut di toko daring, dia mengistilahkannya seperti ingin menghapus kesalahan.

Baca Juga: Waspada Cuaca Ekstrem Hujan Lebat Disertai Petir Diprakirakan Terjadi di Sejumlah Wilayah

Akan tetapi, dosa dari kesalahan tersebut sudah menjalar ke mana-mana.

Dia pun menyarankan untuk segera melarang peredaran dari kamus yang menimbulkan perdebatan cukup pelik di media sosial tersebut.

"Karena sangat meresahkan, bila tidak dilarang, berarti memang benar demikian isi buku tersebut," ucap Fikri.

Sebelumnya, Kamus Sejarah Indonesia terdiri atas dua jilid. Jilid I dengan sub-judul Nation Formation (1900-1950) dan Jilid II: Nation Building (1951-1998). 

Baca Juga: Kecam Aksi Teror yang Menimpa Jurnalis Victor Mambor, Dandhy Laksono: Sudah Cukup Kekerasan di Papua

Akan tetapi, dalam buku kamus itu, tokoh penting nasional yang sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari tidak ada dalam entry khusus (yang disusun secara alfabetis) dalam kamus tersebut. 

Hal yang sama juga terjadi dengan kiprah proklamator RI, Soekarno dan Mohammad Hatta, tidak ditemukan dalam entry alfabetis di dalam Kamus Jilid II.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler