PR BEKASI - Indonesia baru-baru ini kembali mendapatkan sorotan di mata dunia. Bukan prestasi, kali ini menjadi salah satu negara yang mendukung energi tidak ramah lingkungan.
Indonesia hingga saat ini disebut belum bisa beranjak menuju energi terbarukan.
Hingga akhirnya, bersama empat negara lain di Asia, Indonesia ikut membahayakan ambisi iklim global.
Baca Juga: Tips Investasi untuk Milenial Gaji UMR Jawa Barat Ala Felicia Putri, Ayo Mulai dari Sekarang!
Yakni dengan berinvestasi di 80 persen pembangkit listrik batu bara baru, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian pada Rabu, 30 Juni 2021.
Melalui sebuah lembaga analisis, Carbon Tracker, menemukan bahwa China, India, Indonesia, Jepang, dan Vietnam berencana membangun lebih dari 600 unit pembangkit listrik tenaga batu bara.
Padahal harus diakui, energi terbarukan lebih murah daripada kebanyakan pembangkit listrik tenaga batu bara baru.
Baca Juga: Cuma Modal Rp100 Ribu, Ini Cara Mudah Mulai Investasi Saham untuk Pemula Ala Felicia Putri
Terkait pembangkit batubara baru, pakar iklim dari PBB menyerukan untuk segera ditinggalkan.
Karena, investasi satu ini salah satu sumber energi yang paling merusak lingkungan.
Catharina Hillenbrand von der Neyen, penulis laporan itu, mengatakan energi terbarukan sebenarnya menawarkan solusi.
"Benteng terakhir tenaga batu bara ini berenang melawan arus, ketika energi terbarukan menawarkan solusi yang lebih murah yang mendukung target iklim global," katanya.
"Investor harus menghindari proyek batu bara baru, yang banyak di antaranya cenderung menghasilkan pengembalian negatif sejak awal," sambungnya.
Sementara di satu sisi, negara di Asia malah terus menggelontorkan uang untuk pembangkit batu bara ini.
Berbanding terbalik, negara-negara maju di seluruh dunia ingin mempercepat rencana untuk menghapusnya secara bertahap.
Salah satunya pemerintah Inggris, mereka telah mengumumkan rencana untuk menghapuskan energi tidak ramah ini. Dan mempercepat menonaktifkan satu tahun lebih awal dari yang direncanakan, yakni pada 2024.
Sebut saja mengenai batas waktu baru untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, yang merupakan 1.5 persen dari listrik pada kuartal terakhir tahun 2020.
Yakni mendapat tanggapan yang diredam dari kelompok lingkungan karena akan memaksa penutupan hanya satu pembangkit listrik batu bara. Yang berada di Ratcliffe-on-Soar di Nottinghamshire, setelah pembangkit listrik West Burton A yang akan ditutup pada September 2022.
Alok Sharma, presiden yang ditunjuk untuk pembicaraan iklim PBB Cop26 di Glasgow akhir tahun ini, mengapresiasi "langkah tegas" pemerintah.
Di mana mereka akan mengirim sinyal yang jelas kepada teman-teman di seluruh dunia bahwa energi terbarukan adalah demi masa depan.
"Dampak dari langkah ini akan jauh lebih besar jika kita dapat membawa dunia bersama kita," ujar Sharma.
"Sehingga keinginan kita untuk mendukung transisi energi yang bersih dan adil menjadi inti diskusi saya dalam perjalanan menuju Cop26." sambungnya.***