PR BEKASI - Profesor Zubairi memberikan respons kepada sejumlah pejabat yang telah melakukan suntikan vaksin booster ketiga.
Menurut Profesor Zubairi ada langkah yang lebih baik dari pada memberikan booster vaksin kepada orang yang sudah pernah mendapat vaksin.
Yaitu memberikan vaksin kepada orang yang sama sekali belum mendapat vaksin.
Hal tersebut disampaikan Profesor Zubairi melalui unggahan di akun Twitter pribadinya @ProfesorZubairi.
"Memberi vaksin kepada yang belum merupakan langkah baik ketimbang memberi booster kepada yang sudah," ujar Profesor Zubairi dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Twitter pada Kamis, 26 Agustus 2021.
Lebih lanjut Profesor Zubairi mengatakan jika pun perlu, pemberian vaksin booster sebaiknya diberikan kepada orang yang membutuhkan seperti tenaga kesehatan.
"Tapi, ada juga pendapat, kalau asas keadilan itu artinya memberikan vaksin booster kepada yang paling membutuhkan. Jadi, Anda dapat memutuskan memilih pendapat yang mana," ujar Profesor Zubairi.
Menurut Profesor Zubairi, pemberian vaksin dapat dilakukan berdasarkan urutan prioritas. Dan urutan prioritas di sejumlah negara berbeda-beda.
Ia melanjutkan dengan memberi contoh prioritas vaksin disejumlah negara seperti Austria yang memberikan booster vaksin untuk orang lanjut usia (lansia), di Belgi untuk orang dengan gangguan kekebalan, seperti HIV.
"Misalnya di Austria. Vaksin booster diperuntukan kepada penghuni panti Jompo. Di Belgia, vaksin booster itu untuk mereka yang mengalami gangguan kekebalan. Seperti orang dengan HIV dan pasien kanker darah."
Baca Juga: Apa Itu Pandemic Fatigue? Simak Beberapa Tips Menghadapinya Menurut Zubairi Djoerban
Ada pun Inggris yang sama seperti Indonesia, yaitu memberikan prioritas booster vaksin untuk tenaga kesehatan.
"Kemudian di Inggris. Mereka memprioritaskan booster untuk pekerja kesehatan. Sama seperti dengan Indonesia. Lalu Jerman. Mereka prioritaskan orang tua dan yang mengalami imunosupresi. Dus, ada banyak lagi negara yang memberlakukan prioritas untuk vaksin booster," tutur Profesor Zubairi.
Diakhir, Profesor Zubairi mempertanyakan apakah booster vaksin benar-benar diperlukan, mengingat sejumlah penelitian menunjukan adanya penurunan kekebalan tubuh dari waktu ke waktu.***