Hasil Tes Antibodi Diklaim Jadi Tingkat Kekebalan Covid-19 Pasca Vaksinasi, Zubairi Djoerban Beri Penjelasan

- 25 Agustus 2021, 11:54 WIB
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban buka soal hasil antibodi SARS CoV-2 yang diklaim sebagai tingkat kekebalan terhadap Covid-19.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban buka soal hasil antibodi SARS CoV-2 yang diklaim sebagai tingkat kekebalan terhadap Covid-19. /Instagram/@profesorzubairi

PR BEKASI – Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor (IDI) Profesor Zubairi Djoerban memberikan edukasi seputar kesehatan.

Zubairi Djoerban mengaku banyak menerima pertanyaan tentang tes antibodi SARS-CoV-2 untuk menilai kekebalan setelah vaksinasi.

Lebih lanjut, Zubairi Djoerban menyebutkan bahwa banyak dari mereka yang pamer dan klaim bahwa kalau hasil tesnya tinggi adalah indikasi mereka “kebal” dan tidak akan terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Zubairi Djoerban Beberkan Cara PMI Temukan Kantong Donor Darah Terinfeksi HIV, Ternyata Ini Prosedurnya

Lantas apakah benar klaim tersebut?

Zubairi Djoerban mengatakan bahwa tingginya tes antibodi SARS-CoV-2 tidak menjamin seseorang menjadi kebal virus Corona.

Anda tidak boleh menafsirkan hasil tes antibodi sebagai indikasi tingkat kekebalan atau perlindungan dari SARS-CoV-2,” kata Zubairi Djoerban sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @ProfesorZubairi Rabu, 25 Agustus 2021.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Berpotensi Jadi Endemik, Zubairi Djoerban Sampaikan Kepentingan Indonesia yang Harus Dikebut

Oleh karena itu, menurut Zubairi Djoerban masyarakat tidak perlu berbondang-bondong melakukan tes antibodi pasca divaksin Covid-19

Artinya, Anda tak perlu tes antibodi setelah divaksinasi, karena tak menjamin kekebalan,” ucap Zubairi Djoerban.

Meskipun sudah divaksin kata Zubairi Djoerban orang tersebut masih memiliki risiko dapat terpapar Covid-19.

Baca Juga: Satpol PP Sulsel Ditugaskan Awasi Dokter di RS, Zubairi Djoerban Keheranan: Biar Masuk Guinness World Records

Syahdan, Anda juga tetap bisa terinfeksi Covid-19 walau di tubuh ada antibodi dari vaksin,” ucap Zubairi Djoerban.

Namun, Zubairi Djoerban menegaskan bahwa vaksin ini memang terbukti mengurangi gejala berat dan kematian.

Pada cuitannya lain, Zubairi Djoerban menuturkan bahwa vaksin memang tidak bisa mencegah infeksi. Makanya kasus baru di beberapa negara melonjak.

Baca Juga: Apakah Ibu Hamil Boleh Divaksin Covid-19, Apa Syaratnya? Ini Penjelasan Zubairi Djoerban

Tapi, vaksin bisa mencegah keparahan gejala jika penerimanya terinfeksi. Termasuk kematian,” ucap Zubairi Djoerban.

Kemudian, perlindungan vaksin yang menurun itu juga tidak perlu menjadi kekhawatiran.

Pasalnya efektivitas vaksin yang telah beredder seperti Sinovac, Pfizer–BioNTech dan Oxford–AstraZeneca sudah cukup baik.

Baca Juga: PPKM Level 4 Diperpanjang Sampai 2 Agustus, Zubairi Djoerban: Wajar

Sebab itu dibutuhkan booster, yang bertujuan memperpanjang perlindungan dan penguat pasca vaksin--untuk menghadapi virus yang bermutasi,” ujar Zubairi Djoerban.

Sebagai informasi, Merujuk data di Covid.go.id, secara nasional per Rabu, 25 Agustus 2021, orang yang telah mendapatkan vaksin dosisi pertamanya sebanyak 58.468.810 dengan jumlah pertambahan di hari itu 689.094.

Sementara total yang telah divaksin dosis kedua 32.640.998 dengan jumlah pertambahan di hari tersebut 594.774.***

Editor: Elfrida Chania S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x