Tak Ada Kasus Virus Corona Positif di Indonesia, Begini Alur Pemeriksaan Laboratorium Balitbangkes

13 Februari 2020, 17:34 WIB
RUANG infeksi di RSHS.* /DOK. HUMAS RSHS /

PIKIRAN RAKYAT - Ketiadaan kasus virus corona sempat memicu rasa khawatir peneliti Harvard University dan juga organisasi kesehatan Internasional (WHO). Mereka menyebutkan kemungkinan virus corona sebenarnya telah menyebar ke Indonesia namun tidak terdeteksi.

Hal tersebut mendapat respon dari Kementerian Kesehatan RI, menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setiawaty mengatakan hingga 10 Februari 2020 pukul 18.00 WIB lalu.

Terdapat 64 spesimen nCoV yang dikirim dari 16 Provinsi ke Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), Kementerian Kesehatan. Hasilnya sebanyak 62 spesimen negatif nCoV dan 2 spesimen dalam proses pemeriksaan.

Baca Juga: Antisipasi Virus Corona, Kemendag Keluarkan Permendag Larangan Sementara Impor Binatang Hidup dari Tiongkok

16 Provinsi tersebut adalah DKI 14 spesimen, Bali 11 spesimen, Jawa Tengah 7 spesimen, Jawa Barat 6 spesimen, Jawa Timur 6 spesimen, Banten 4 spesimen, Sulawesi Utara 4 spesimen, DIY 3 spesimen, Kalimantan Barat 1 spesimen, Jambi 1 spesimen, Papua Barat 1 spesimen, NTB 1 spesimen, Kepulauan Riau 1 spesimen, Bengkulu 1 spesimen, Kalimantan Timur 2 spesimen, dan Sulawesi Tenggara 1 spesimen.

Prosedur pemeriksaan specimen yang dilakukan di Lab Badan Litbangkes, menurutnya sudah sesuai dengan standar Badan Kesehatan Duni (WHO). Vivi mengatakan pemeriksaan spesimen mengikuti standar WHO dan dikerjakan di Lab Biosafety Level (BSL) 2.

“Itu sudah ada pedomannya dan semua negara menggunakan BSL 2. Kita tidak keluar dari alur minimal yang ditetapkan WHO,” kata Vivi seperti dikutip dari situs resmi Humas Kemenkes oleh Pikiranrakyat-bekasi.com.

Baca Juga: Jumlah Korban Virus Corona Melonjak Naik Lantaran Perubahan Metode Deteksi, Tiongkok Pecat Para Pemimpin Partai Komunis di Sejumlah Wilayahnya

Menurutnya fasilitas di Lab Litbangkes sudah memiliki fasilitas BSL 2, BSL 3 dan Lab Biorepository untuk penyimpanan materi genetik juga spesimen klinis dari pasien.

Dirinya menambahkan, alat dan kemampuan di Lab Litbangkes tersebut menurutnya sudah terstandar oleh WHO.

“Setiap tahun WHO melakukan quality assurance atau akreditasi ke lab kami, dan tiap tahun memang ada orang dari WHO datang untuk akreditasi Lab,” ucap Vivi.

Baca Juga: Erupsi Kembali Terjadi di Gunung Merapi Setelah Status Waspada Ditetapkan Sejak 21 Mei 2018

Prosedur pemeriksaan spesimen di Lab Badan Litbangkes mulai dari penerimaan spesimen, pemeriksaan spesimen, hingga pelaporan.

Pada tahap penerimaan spesimen, Vivi mengatakan spesimen diambil dari pasien di rumah sakit rujukan kemudian dikirim ke Lab Badan Litbangkes. Spesimen yang diterima Lab Badan Litbangkes tidak hanya satu spesimen tapi minimlal 3 spesimen dari 1 pasien.

Kemudian masuk pada tahap Pemeriksaan Spesimen. Pada tahapan ini, dirnya menjelaskan spesimen yang diterima Lab Badan Litbangkes diekstraksi untuk diambil RNA nya.

Baca Juga: Meski Disebut Jadi Sumber Virus Corona, Kelelawar Masih Dikonsumsi di Indonesia

Setelah RNA didapat lalu dicampurkan dengan Reagen untuk pemeriksaan dengan metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (PCR).

PCR merupakan pemeriksaan dengan menggunakan teknologi amplifikasi asam nukleat virus, untuk mengetahui ada tidaknya virus atau DNA virus, dan untuk mengetahui genotipe virus yang menginfeksi bisa dilakukan sekuensing.

Setelah itu dimasukan ke mesin yang gunanya untuk memperbanyak RNA supaya bisa dibaca oleh spektrofotometer.

Baca Juga: Viral Video Siswa SMA Dipukuli Guru di Bekasi, Wakil Wali Kota Bereaksi

Hasilnya, akan didapat positive control dengan gambaran kurva sigmoid, sedangkan negative control tidak terbentuk kurva atau mendatar.

Ini adalah satu quality assurance untuk memastikan apa yang diperiksa itu benar atau tidak, kemudian ada kontrol lainnya. Untuk mengerjakan pemeriksaan spesimen ini banyak hal yang harus terpenuhi sebelum menyatakan bahwa sampel yang diperiksa positif atau negatif.

“Jadi kalau positif, dia (sampel red.) harus menyerupai dengan positive controlnya. Jadi selama ini spesimen yang diperiksa negatif karena semua datar menyerupai negative kontrolnya,” katanya.

Baca Juga: Segera Segel Gelar Juara Liga Inggris, Liverpool Hanya Butuh 6 Kemenangan Beruntun

Setelah itu masuk pada tahap pelaporan, Vivi mengatakan memang ada alur yang harus dilakukan untuk sampai pada palaporan hasil.

“Kita semua bekerja sesuai pedoman WHO bahwa pengambilan spesimen tidak dilakukan sekali tapi beberapa spesimen pada satu orang pasien,” katanya. ***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Kementerian Kesehatan

Tags

Terkini

Terpopuler