"Pelanggaran HAM atau pembunuhan, kita lihat di Jakarta enam laskar FPI dieksekusi, apalagi di daerah pedalaman Papua. Jadi secara kuantitatif jumlah kematian orang Papua itu meninggi. Itu menyebabkan memori derita, tersimpan dari waktu ke waktu," tuturnya.
Dari dua aspek itulah dirinya menilai bahwa bahwa pembangunan integrasi politik Jakarta di Papua gagal.
Oleh karena itu, dirinya pun menyampaikan pesan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait salah satu hal yang menyebabkan masalah di Papua tak kunjung terselesaikan.
"Presiden Jokowi ingin menyelesaikan masalah Papua. Orang Papua itu banyak yang pintar Pak Jokowi. Satu menteri saja kamu tidak kasih, bagaimana Anda bisa menyelesaikan masalah Papua? Anda bilang kami NKRI Bhineka Tunggal Ika, mana bhinekanya? Orang kulit hitam, rambut keriting, melanisia, tidak ada di dalam kabinet," tuturnya.
Baca Juga: Lama Tak Diberi Kepastian Kapan Akan Melamar, Wanita ini Tuntut Kekasihnya ke Pengadilan
Menurutnya, bagaimana bisa Jokowi menyelesaikan masalah di Papua jika tidak ada satupun menteri yang berasal dari tanah Papua.
"Bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah Papua? Dia Presiden, dari tiga puluhan menteri itu, orang kulit hitam, rambut keriting, tidak ada. Sementara Bhineka Tunggal Ika itu memerintahkan kepada presiden untuk memgimpletasikan, tidak simbolik, tapi subtansial," kata Natalius Pigai.
Natalius Pigai lantas membandingkan pemerintahan Jokowi dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menurutnya saat itu banyak menempatkan orang Papua di dalam lingkaran pemerintahan.
Natalius Pigai juga membandingakan Jokowi dengan Joe Biden, yang saat ini memiliki Wakil Presiden, Menteri Pertahanan hingga Duta Besar PBB dari orang kulit hitam.
Baca Juga: Selain Pemerintah Larang Perayaan Tahun Baru, Luhut Minta Wajibkan Rapid Test Antigen