"Rumus nyungsep, bukannya menyelesaikan masalah dengan tindakan nyata, malah sewa Buzzer RP dan Influencer RP," ujar Rizal Ramli seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com, Rabu, 3 Februari 2021.
Rumus Nyungsep: "The formula of failure: Rather than solving problem with real actions, hire BuzzeRP and InfluencenRP to divert and confuse the public from the real issues". https://t.co/otn7LIN1pF— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) February 3, 2021
Menurutnya, justru langkah pemerintah yang menyewa Buzzer serta Influencer hanya akan membuat publik menjadi abu-abu soal masalah sebenarnya yang dihadapi Indonesia.
"Sewa mereka hanya akan mengalihkan dan membingungkan publik dari masalah sebenarnya," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, dalam kajian ICW yang berjudul Aktivitas Digital Pemerintah: Berapa Miliar Anggaran Influencer?, Egi mengatakan lembaganya telah melakukan penelusuran aktivitas pengadaan barang dan jasa (PBJ) di kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK) di masing-masing situs LPSE.
Kata dia, ada total 34 kementerian, lima LPNK, dan dua institusi penegak hukum--Kejaksaan Agung RI dan Kepolisian RI--yang ditelusuri oleh lembaganya. Penelusuran anggaran dilakukan pada periode 2014 hingga 2018.
Lembaganya menemukan bahwa total anggaran belanja pemerintah pusat terkait aktivitas digital sepanjang tahun 2014 hingga 2020 adalah sebesar Rp1,29 triliun, dengan total 133 paket pengadaan.
Baca Juga: Gegara Burungnya Mati Kena Asap Sampah, Tetangga Digugat 60 Juta di Pengadilan Tasikmalaya
Rinciannya adalah sebagai berikut :
2014 : Rp609 juta (2 paket)
2015 : Rp5,3 miliar (3 paket)
2016 : Rp606 juta (1 paket)
2017 : Rp535,9 miliar (24 paket)
2018 : 247,6 miliar (42 paket)
2019 : Rp183,6 miliar (36 paket)
2020 : Rp322,3 miliar (25 paket)