Sebut Eks ISIS Pengkhianat Bangsa, Ferdinand Hutahaean: Tak Usah Diterima, Biarkan Mati dengan Pujaannya

- 15 Februari 2021, 06:35 WIB
Mantan politsi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang mengomentari soal keinginan WNI Eks ISIS.
Mantan politsi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang mengomentari soal keinginan WNI Eks ISIS. /Instagram.com/@ferdinand_hutahaean/

PR BEKASI - Mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menyoroti keinginan WNI Eks ISIS untuk mengikuti program deradikalisasi pemerintah dan pulang kembali ke Indonesia. Namun dia menolak mentah-mentah keinginan tersebut.

WNI eks ISIS di Rojava, Suriah, Aleeyah Mujahid (bukan nama sebenarnya), mengaku bersedia mengikuti program deradikalisasi jika bisa kembali ke tanah air.

"Karena program deradikalisasi itu merupakan salah satu tahap untuk saya bisa pulang ke keluarga, ya tentu enggak keberatan karena enggak bisa langsung lompat jauh," kata Aleeyah.

Baca Juga: Jokowi Minta Dikritik, Sherly Annavita: Semoga Bukan Lip Service, Cukup Ibu-ibu yang Jadi Korban Meme 

Baca Juga: Hati-hati, Jangan Asal Pakai Masker! Polisi Beri Kriteria yang Wajib Digunakan Masyarakat

Baca Juga: Pendaftaran KIP KULIAH Jalur SNMPTN 2021 Dibuka Hari Ini, Jangan Terlewat Karena Hanya 9 Hari!Pengkhianat

Walaupun WNI tersebut siap mengikuti deradikalisasi, Ferdinand Hutahaean berpendapat, orang semacam itu sebaiknya tidak lagi diterima di Indonesia.

"Sebaiknya orang2 ini tidak diterima lagi masuk Indonesia meski katanya siap ikut deradikalisasi," ucapnya.

Menurut Ferdinand Hutahaean, mereka termasuk WNI adalah pengkhianat karena telah ikut berperang dengan ISIS.

Bahkan dirinya pun menyarankan orang semacam itu dibiarkan mati seperti teroris ISIS.

Baca Juga: Alami Kejadian 'Creepy' Saat Syuting Ikatan Cinta, Ayya Renita alias Miss Kiki: Ada yang Ketuk Kamar Kami 

"Mereka adalah penghianat bangsa yg sdh kehilangan status warga negara Indonesia," ujar Ferdinand Hutahaean.

"Mereka telah turut berperang bagi teroris ISIS mk biarkan mrk mati bersama ISIS pujaannya," sambungnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com, Senin, 15 Februari 2021.

Perlu diketahui, wanita berusia 25 tahun asal Jakarta itu mengatakan akan kooperatif dengan program pemerintah jika proses pemulangannya berjalan lancar.

Ia yakin program deradikalisasi itu tidak akan bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Baca Juga: Jusuf Kalla Tanya Cara Kritik Tanpa Dipanggil Polisi, Mahfud MD: Ini Ekspresi Dilema Kita 

Aleeyah pertama kali meninggalkan Jakarta pada Desember 2015. Melalui Turki, ia memasuki wilayah ISIS di Suriah pada Juli 2016 bersama suaminya.

Ia mengatakan, niatnya ke sana untuk mencari kehidupan lebih baik. Bukan soal ekonomi, tetapi keselamatan agama.

Ia ingin tinggal bersama umat muslim dari seluruh penjuru dunia dan rela diatur hukum Islam berdasarkan Alquran dan sunnah.

Beberapa bulan menetap di sana, Aleeyah mulai melihat kebobrokan ISIS, terutama setelah kejatuhan Mosul pada akhir Oktober-awal November 2016.

Baca Juga: Pendaftaran KIP KULIAH Jalur SNMPTN 2021 Dibuka Hari Ini, Jangan Terlewat Karena Hanya 9 Hari! 

Berdasarkan pengalamannya, bergabung dengan ISIS sama seperti terlibat dalam sebuah kelompok gangster atau mafia bertopeng Islam.

"Pas lo mau keluar, susah. They will never leave you alone," tuturnya.

Ketika ISIS mulai digempur habis-habisan pada 2017, Aleeyah dan anaknya pun dibawa ke kamp pengungsian hingga berakhir di kamp Rojava.

Selama lebih dari dua tahun ia berdoa dan berharap untuk bisa pulang ke Indonesia.

Baca Juga: Sindir Din Syamsuddin yang Dituduh Radikal oleh GAR ITB, Gus Sahal: Ngawur, Dia Itu Politisi Pragmatis Saja 

Jika mendapat kesempatan kedua untuk menata ulang hidupnya, Aleeyah menuturkan tidak akan mengecewakan siapapun dan mengemis untuk kesempatan ketiga.

Selain itu, ia juga melihat dirinya bukanlah sosok yang radikal. Sehingga ia tak keberatan jika harus mengikuti persyaratan untuk bisa kembali ke tanah air.

"Jadi saya enggak ada alasan untuk merasa berat," katanya.

Aleeyah menceritakan, sebagian besar penghuni di kamp Rojava, tempat tinggalnya saat ini, masih menunggu kebangkitan ISIS. Sebagian besar dari mereka adalah non WNI.

Baca Juga: Jokowi Teken Perpres 14 Tahun 2021: Ada Denda Rp1 Juta-100 Juta bagi Warga yang Tolak Vaksinasi Covid-19 

Mereka juga mencoba menarik Aleeyah untuk kembali bergabung bersama ISIS.

"Tapi saya enggak pernah gubris. Saya sudah tiga kali diserang sama orang gendeng. Pendirian saya mantep buat pulang ke Indonesia. Enggak akan berubah, enggak ragu, enggak akan terpengaruh sama kicauan mereka lagi. I'm well done from them," ucapnya.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah