Karena pernyataannya tersebut dinilai tidak semanis dengan kenyataan yang terjadi saat ini seperti banyaknya penangkapan kritikus di negeri ini meski ada yang kemudian dilepaskan.
Tak hanya masyarakat biasa, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY ikut buka suara.
Ia menggambarkan kritik seperti obat yang terasa pahit dan pujian bak gula yang rasanya manis. Hal tersebut disampaikan SBY melalui dua cuitan di akun Twitternya pada Sabtu, 13 Februari 2020.
SBY mengatakan obat terasa pahit, tetapi bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Jika obat dan dosisnya tepat, kata SBY, maka seseorang yang mengkonsumsinya akan menjadi sehat.
"Kritik itu laksana obat dan yang dikritik bisa "sakit". Namun kalau kritiknya benar dan bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan," ujar SBY.
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla juga menyentil lebih keras. Pria yang pernah menjadi pendamping Jokowi di pemerintahan ini mempertanyakan cara mengkritik tanpa dipanggil polisi.
"Tentu banyak yang ingin melihatnya, bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi? Seperti yang disampaikan Pak Kwik (Kian Gie), dan sebagainya," ujar JK di kanal YouTube PKS TV.
Menurut JK, demokrasi tak bisa menghilangkan kritik, check and balance amat diperlukan. JK menyoroti Indeks Demokrasi Indonesia 2020 yang turun.