"Nyuwun sewu, Mas Wali Kota. Izinkan saya bertanya, tahu apa panjenengan tentang sepak bola? Bukankah tahunya hanya diberi jabatan? Mohon maaf dan terima kasih perhatiannya. Semoga Mas Gibran sehat."
"Nyuwun sewu, Mas Wali Kota. Izinkan saya bertanya, tahu apa panjenengan tentang sepak bola? Bukankah tahunya hanya diberi jabatan? Mohon maaf dan terima kasih perhatiannya. Semoga Mas Gibran sehat. ????????????"
(Tata cara agar tak terciduk polisi bahasa ????)https://t.co/ExzEJhD9Sk— Okky Madasari (@okkymadasari) March 15, 2021
Okky Madasari menyampaikan, walaupun demokrasi seyogyanya dimulai dari keberanian untuk mengkritik dan mendengar kritik, tanpa syarat, tanpa ancaman, dan tanpa rasa takut.
Namun karena saat ini di Indonesia kondisinya belum ideal ditambah dengan adanya patroli polisi virtual di media sosial yang memantau setiap komentar termasuk tata bahasa dan pilihan kata.
Baca Juga: Suryo Prabowo Tanggapi Persekusi Hesti, Perempuan Bercadar Pelihara Puluhan Anjing Liar
Okky Madasari pun membeberkan empat tata krama kritik yang bisa dicoba oleh masyarakat Indonesia agar terhindar dari polisi virtual.
Pertama, setiap kali mau menyampaikan kritik, selalu mulai dengan ucapan salam.
Tak harus dengan ucapan Assalamualaikum, tutur Okky Madasari, tetapi bisa juga dengan selamat pagi, good morning atau sugeng enjang (Bahasa Jawa)
"Tentu yang paling afdol adalah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, tanpa disingkat menjadi ass wr wb apalagi hanya ass," ucapnya.
Kedua, setelah mengucapkan salam, jangan lupa untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum mengkritik.
Baca Juga: Kurangi Konsumsi 5 Makanan ini, Bisa Timbulkan Jerawat di Wajah