Sebut Demokrasi Makin Mahal, Jimly Asshiddiqie: Semua Partai Alami Pembiruan Darah

- 18 Maret 2021, 08:20 WIB
Prof Jimly Asshiddiqie saat berbincang bersama Helmy Yahya.
Prof Jimly Asshiddiqie saat berbincang bersama Helmy Yahya. /Tangkapan layar YouTube/Helmy Yahya Bicara

PR BEKASI - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Jimly Asshiddiqie, mengatakan kalau saat ini semua partai yang ada di Indonesia mengalami pembiruan darah menjadi dinasti.

"Sekarang semua partai mengalami pembiruan darah, jadi dinasti semua, itu tidak sehat," kata Jimly Asshiddiqie, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Helmy Yahya Bicara pada Kamis, 18 Maret 2021.

Dia menambahkan, hal itu tak mungkin menjadi instrumen dari demokrasi bernegara jika internalnya belum demokratis.

Diungkapkan olehnya, itu yang terjadi di Demokrat, yang namanya memang Demokrat tapi belum tentu, dan lahirnya di masa Orde Reformasi tapi belum tentu seperti itu.

Baca Juga: Rumah Warga yang Rusak Diterjang Banjir Dapat Perhatian dari Pemkab Bekasi Bangun

Baca Juga: Curhatan Kaesang Ingin Miliki Kekasih Seperti Jesicca Mila Mencuat ke Publik, Ibunda Felicia Bahas Move On

Baca Juga: Kongres ke-31 HMI, Jokowi: Mahasiswa Islam Harus jadi Pelopor Kemajuan

"PDIP begitu, partai yang lain begitu, partai reformasi jadi klannya Amien Rais juga, mantu juga, besan. Jadi yang begini-begini harus komprehensif lihatnya, gitu loh," ujar Jimly Asshiddiqie.

Maksudnya adalah, dia menjelaskan, kalau memang ingin menata demokrasi menjadi lebih baik maka perlu upaya yang menyeluruh.

Hal yang menjadi harapannya adalah di masa periode kedua dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini akan ada peluang, yang tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek saja.

Sebab, keluhan yang berkaitan dengan sistem politik tak hanya berkisar soal urusan Pemilu atau Pilkada, tetapi juga menyeluruh termasuk sistem kepartaian.

"Anda bayangkan misalnya ya, sekarang demokrasi makin mahal," ucap Jimly Asshiddiqie.

Baca Juga: Raffi Ahmad Bongkar Rahasia Billy Syahputra: Lo Balikin Motor Rp500 Juta Sambil Nangis ke Amanda Manopo

Dia mencontohkan apa yang terjadi di Amerika Serikat, dalam sejarah AS ada tujuh presiden yang mempunyai latar belakang bisnis di Amerika.

Namun, belum pernah seorang konglomerat dapat terpilih dan akhirnya yang menggugurkan pandangan tersebut adalah Donald Trump, dengan segala hiruk pikuk yang dihasilkannya.

"Sama, itu gejala dunia, demokrasi sekarang makin mahal. Membutuhkan biaya popularitas dan sebagainya. Maka ketergantungan politik kepada bisnis makin kuat, di situ lah letak persoalannya," kata Jimly Asshiddiqie.

Karenanya, bila tidak ada pemisahan tegas dalam pengaturan yang memisahkan antara bisnis dan politik atau konflik kepentingan bisnis dan politik, maka akan sama saja.

Dikatakannya ini yang sedang terjadi, oligarki bisnis bekerja sama dengan oligarki dinasti.

"Menyatu menjadi satu, itu persoalannya. Kalau tidak ada internal demokrasi namanya intra demokrasi, harus menyeluruh." kata Jimly Asshiddiqie.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: YouTube Helmy Yahya Bicara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah