Banyak Orang Terpapar Radikalisme Lewat Medsos, Gus Yaqut: Banyak Syiar Agama Online Tak Tersaring

- 22 Maret 2021, 15:29 WIB
 Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau akrab disapa Gus Yaqut, mengatakan banyak orang Indonesia terpapar radikalisme lewat media sosial.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau akrab disapa Gus Yaqut, mengatakan banyak orang Indonesia terpapar radikalisme lewat media sosial. /Instagram.com/@gusyaqut

PR BEKASI – Radikalisme sampai saat ini masih menjadi salah satu ancaman menakutkan bagi masyarakat Indonesia.

Diketahui, tak sedikit masyarakat Indonesia yang terpapar radikalisme melalui media sosial maupun situs daring.

Menurut Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas di Jakarta pada Minggu, 21 Maret 2021, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya informasi keagamaan melalui online yang tidak tersaring.

"Memang banyak orang-orang yang terpapar radikalisme ini dari media sosial," kata pria yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Yaqut ini, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari PMJ News, Senin, 22 Maret 2021.

Baca Juga: Segera Login ke Pengunguman SNMPTN LTMPT 2021 untuk Ketahui Hasil Masuk PTN Sore Ini

Baca Juga: Lirik Lagu C.H.R.I.S.Y.E, Kolaborasi Diskoria, Laleilmanino dan Eva Celia

Baca Juga: Dinda Hauw Sedang Hamil 5 Bulan, Rey Mbayang: Aku dan Istri Positif Covid-19, Doakan Kita Ya

Dirinya mengaku mendapat informasi tersebut saat bertemu dengan mantan narapidana terorisme.

"Mereka (mengaku) menjadi radikal itu karena berinteraksi dengan orang yang sama-sama terpapar radikal melalui media sosial," katanya.

Menurut Gus Yaqut, hal tersebut tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang gemar berselancar di media sosial.

Hal tersebut berdasarkan hasil survei Alvara, yang memperlihatkan bahwa anak muda menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari untuk mengakses internet.

Diketahui, anak muda merupakan golongan yang paling rawan terpapar radikalisme dan terorisme.

Anak muda menjadi target penyebaran radikalisme dikarenakan masih mempunyai jiwa yang labil.

Baca Juga: Pendiri Mapala UI yang juga Karib Soe Hok Gie, Herman Lantang Hembuskan Napas Terakhir

Selain itu, mayoritas anak muda yang terpapar radikalisme biasanya merupakan anak muda yang baru mendalami agama.

Selain itu, faktor lain yang membuat anak muda gampang terpapar radikalisme dikarenakan memiliki sifat ingin menunjukkan eksistensi diri terhadap orang lain.

"Nah tentu ini berakibat bahwa perilaku mereka di media sosial ini bagaimana informasi keagamaan tidak terfilter dengan baik," kata Gus Yaqut.

Oleh karena itu, menteri Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan kebijakan keagamaan untuk meminimalisasi perilaku radikal dan intoleran memang diarahkan kepada transformasi digital.

"Kebijakan perilaku sudah seharusnya diarahkan pada transformasi digital, ini tidak ada pilihan lain, sebelumnya Kemenag lebih melakukan transformasi digital untuk syiar-syiar begini," katanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

Baca Juga: Marzuki Alie Ingin Tinggalkan 'Sesuatu' untuk Demokrat, Herzaky: Kami Belajar untuk Tidak Jadi Sepertinya

Radikalisme sendiri diambil dari bahasa bahasa Latin, "radix" yang bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti “akar”.

Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal.

Sedangkan menurut Encyclopedia Britannica, kata "radikal" dalam konteks politik pertama kali digunakan oleh Charles James Fox.

Pada tahun 1797, ia mendeklarasikan "reformasi radikal" sistem pemilihan, sehingga istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi pergerakan yang mendukung reformasi parlemen.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x