Pemuda Muhammadiyah Dipercaya Jokowi Kelola 19 Ribu Ha Tanah, Rocky Gerung: Ini Cara Rezim Membelah Masyarakat

- 26 Maret 2021, 10:20 WIB
Pengamat politik Rocky Gerung mengkritik diangkatnya pemuda muhammadiyah untuk mengelola TORA di Sumatra Selatan.
Pengamat politik Rocky Gerung mengkritik diangkatnya pemuda muhammadiyah untuk mengelola TORA di Sumatra Selatan. /Tangkapan layar YouTube/Rocky Gerung Official

PR BEKASI - Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa pemuda PP Pemuda Muhammadiyah yang dipercaya Presiden Joko WIdodo (Jokowi) untuk mengelola 19 ribu hektare tanah adalah cara rezim untuk membelah masyarakat.

PP Pemuda Muhammadiyah akan mengelola lahan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) di Sumatra Selatan (Sumsel).

Kesepakatan itu terjadi setelah PP Pemuda Muhammadiyah dan Jokowi bertemu dalam agenda silaturahmi di Istana Negara. Tanah yang bakal dikelola itu tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, yakni Kecamatan Babat Supat, Keluang, Sungai Lilin, dan Batang Hari Leko.

Rocky Gerung lantas heran, apa alasan Jokowi sehingga memberi tanah tersebut kepada PP Pemuda Muhammadiyah.

Baca Juga: Sebut Kesalahan Habib Rizieq Hanya Dibuat-buat, Ustaz Yahya Waloni: Sakiti Ulama Sama Saja Lukai Rasulullah 

Baca Juga: Hilangkan Kebiasaanmu Menunda Pekerjaan, Lakukan 4 Cara Ini Agar Hidupmu Lebih Produktif

Baca Juga: Soroti Wacana Presiden 3 Periode, Pakar Hukum: Tak Perlu Ditanggapi Serius Para Pemangku Kepentingan

"Ngapain presiden kok bagi-bagi lahan, lahan kan gak boleh dikuasai negara tuh, lahan harus dimiliki rakyat oleh mereka yang tidak punya lahan," ujar Rocky Gerung.

"Tapi kalau pemuda dapat lahan itu agak aneh itu, kan apa urusannya kepemudaan dengan lahan, itu juga yang perlu ditanyakan apa urusannya," sambungnya.

Dirinya menduga, Jokowi menginginkan agar para Pemuda Muhammadiyah tersebut disibukkan dengan tanah tersebut dan lupa soal konflik di dalam negeri.

"Mungkin sekali pak Jokowi memang menginginkan agar supaya pemuda itu jangan demo di jalan, bajak-bajak sawah aja itu, jadi ini bagian juga dari upaya untuk politics of inclusion and exclusion," tuturnya.

Kalau FPI, kata Rocky Gerung, pemudanya itu di-exclude (ditendang) sementara Muhammadiyah pemudanya di-include (rangkul).

Baca Juga: Tegas Dukung Impor Beras, Arife Poyuono: Mereka yang Menolak Ingin Buat Rakyat Ngamuk agar Jokowi Jatuh 

"Ada yang diusir ada yang dimasukan, itu sebetulnya cara rezim untuk membelah masyarakat, jadi pemuda sekarang terbelah hanya karena urusan tanah itu," ungkapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat, 26 Maret 2021.

Bahkan Rocky Gerung berpendapat, fenomena semacam ini bisa diumpamakan seperti pendekatan stick and carrot.

Stick and Carrot adalah sebuah pendekatan, seperti karyawan diiming-imingi dengan sebuah penghargaan baik materi maupun non materi jika berprestasi dan ditakut-takuti dengan ancaman hukuman jika tidak berprestasi.

"Nah itu dia, ada yang dicambuk, ada yang dikasih makanan, ada yang digetok kepalanya, ada yang dikasih wortel," ucapnya.

Jika hal tersebut terjadi dalam partai politik, menurutnya itu adalah hal yang wajar, namun kalau terjadi kepada para pemuda itu aneh, karena mereka seharusnya memiliki naluri melawan bukan tunduk.

Baca Juga: Jadikan Tubuh Wanita sebagai 'Denah Berjalan', Iklan 'Vulgar' Perusahaan Real Estate di China Dikecam 

"Jadi kalau dapat tanah itu pasti tunduk karena nanti lupa demo cuman cangkul-cangkul doang," tuturnya.

Lebih lanjut, Rocky Gerung pun menyoroti perbedaan antara para junior dan senior di tubuh Muhammadiyah yang cukup signifikan.

"Pemuda Muhammadiyah ini bukan hanya dapat tanah loh, ketua umumnya sebelumnya sama Menteri Bumn Erick Thohir diangkat jadi komisaris di istaka karya, sementara ikatan mahasiswa muhammadiyah ketua umumnya itu jadi komisaris di angkasa pura hotel," ucapnya.

"Jadi saya teringat ini anak-anak mudanya menerima begitu dan saya menduga ini dengan senang hati, sementara seniornya, itu kan kita ingat pada reshuffle kabinet, sekretaris umum Abdul Mu'ti tolak jadi Wamendikbud," sambungnya.

Rocky Gerung berpendapat bahwa fenomena semacam ini adalah hal yang menarik karena anak mudanya bisa lebih berkompromi sementara yang tua memilih untuk lebih menjaga jarak.

Baca Juga: PDIP Tolak Rencana Impor Beras Pemerintah, Hasto: Banyak yang Bilang Kami Partai Pemerintah Rasa Oposisi 

"Itu ajaibnya itu, anak muda mestinya ada di luar kekuasaan, justru seniornya malah yang di luar kekuasaan, jadi kan kita mau coba cerna soal ini, tetapi kita tahu bahwa Pemuda Muhammadiyah ada di dalam tradisi untuk mempertanyakan kekuasaan, bukan untuk mengawal kekuasaan," tuturnya.

"Jadi terlihat bahwa dengan mudah sebetulnya rezim itu bukan sekadar membelah pemuda, ada FPI yang disingkirkan, ada Muhammadiyah yang dimasukkan, tetapi juga di dalam Muhammadiyah sendiri ada orang semacam Busyro segala macam, yang sebetulnya senior tetapi dianggap sebagai pengganggu," sambungnya.

Seharusnya, menurut Rocky Gerung, justru pemuda yang mengikuti senior, yakni mengganggu kekuasaan, yang terjadi saat ini justru senior yang mengganggu kekuasaan.

"Kan kekuasaan mesti diganggu oleh yang muda, masa justru yang senior yang mesti menganggu kekuasaan, ini ada paradoks sebetulnya di dalam perpolitikan kita tuh," tutupnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x