PR BEKASI – Imam Besar Masjid Islamic Center New York Amerika Serikat (AS), Imam Shamsi Ali menanggapi pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj terkait pelajaran akidah yang disebut bisa menumbuhkan radikalisme.
Menurut Imam Shamsi Ali, cara berpikir Saiq Aqil Siroj bertentangan dengan logika.
Hal tersebut disampaikan Imam Shamsi Ali melalui cuitan di Twitternya pada Selasa, 6 April 2021.
“Saya menilai cara berfikir ini kontra logika,” kata Imam Shamsi Ali sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitternya.
Baca Juga: Cabut Surat Telegram Larangan Media Siarkan Arogansi Polisi, Kapolri: Kami Minta Maaf
Baca Juga: Dukung Penuh Penanganan Darurat Banjir Bandang NTT, BNPB: Kita Pastikan Perawatan Kesehatan Maksimal
Bagi Imam Shamsi Ali sulit diterima logika rasional jika pelajaran akidah bisa menumbuhkan radikalisme.
“Mendalami akidah menjadi penyebab radikalisme? Dan karenanya pelajaran akidah perlu dikurangi untuk mencegah radikalisme? Logika apakah yang dipakai?,” ucap Shamsi Ali.
Bahkan Imam Shamsi Ali menyebut diperlukan pemahamam yang gila untuk memahami apa yang dinyatakan oleh Said Aqil.
“Atau harusnya gila untuk memahami pemikiran yang gila?,” tutur Imam Shamsi Ali.
Baca Juga: Zubairi Djoerban Ingatkan Kasus Kematian Anak Akibat Covid-19 Seiring Mendikbud Izinkan PTM
Sebelumnya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj meminta kepada para dosen agar tidak terlalu banyak mengajarkan akidah dan syariah.
Menurut Said Aqil khawatir, hal tersebut dapat meningkatkan radikalisme.
"Bagi dosen agama yang mengajar agama di bukan fakultas agama, tidak usah banyak-banyak bincang akidah dan syariah. Cukup dua kali pertemuan. Rukun iman dan [rukun] islam," Said Aqil dalam sebuah diskusi daring, Senin, 5 April 2021.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini, Dibuat Panik dan Geram, Rendy Ungkap Kehamilan Elsa di Depan Nino
Lebih lanjut, Said Aqil menyampaikan pelajaran akidah bisa diajarkan lebih banyak dan lebih dalam untuk jurusan tertentu.
"Kecuali [jurusan] ushuluddin, kecuali [jurusan] fiqih atau tafsir hadis. Itu terserah, itu harus mendalam,” ucap Said Aqil.
Ia menyampaikan untuk fakultas umum, cukup dua kali saja mengajarkan akidah dan syariah.
“Tapi kalau dosen yang mengajar di fakultas yang umum, Teknik, hukum misalkan enggak usah banyak-banyak tentang aqidah dan syariah, cukup dua kali," tuturnya.
Ia juga menjelaskan alasannya kenapa akidah dan syariah tidak boleh diajarkan lebih banyak.
“Kalau ini diperbanyak, nanti isinya, surga-neraka, Islam, kafir, lurus, benar, sesat. Terus-terusan bicara itu radikal jadinya," ucap Said Aqil.***