PR BEKASI – Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan kembali mengungkit teror yang diterimanya.
Teror yang dimaksud adalah insiden penyerangan air keras terhadap indra penglihatannya.
Pada Minggu, 11 April 2021 kemarin, Novel Baswedan memperingati empat tahun teror tersebut.
Baca Juga: Tol Layang Japek Ganti Nama Pakai Jadi Pangeran Abu Dhabi, Fadli Zon: Apa Jasa MBZ Bagi Indonesia?
Melalui akun Twitternya, Novel Baswedan bicara mengenai perjuangannya mendapatkan kebenaran.
“Memperjuangkan kebenaran adalah pilihan orang berakal,” kata Novel Baswedan sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @nazaqistsha.
Memperjuangkan kebenaran adalah pilihan orang berakal.
Memang tidak selalu berhasil, bahkan beresiko.
Ketika paham bahwa hasil dan takdir adalah domain Allah, maka kita akan terus bersemangat memperjuangkan kebenaran.#11April2017#PanjangUmurPerjuangan— novel baswedan (@nazaqistsha) April 11, 2021
Novel Baswedan menyadari bahwa memperjuangan kebenaran memang tidak selalu berhasil, bahkan kerap berisiko.
Baca Juga: Kasus BLBI, Mahfud MD: Kerugian Negara Capai Rp109 Triliun
Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Novel Baswedan untuk tetap memperjuangkan kebenaran lantaran semua hasilnya telah menjadi ketentuan Tuhan yang Maha Esa.
“Memang tidak selalu berhasil, bahkan berisiko,” ujarnya
“Ketika paham bahwa hasil dan takdir adalah domain Allah, maka kita akan terus bersemangat memperjuangkan kebenaran,” ucap Novel Baswedan.
Baca Juga: CDC China Usul Campurkan Vaksin Covid-19 dan Ubah Metode Vaksinasi agar Vaksin Lebih Manjur
Dalam akhir cuitannya, Novel Baswedan menyematkan tagar 11 April 2017 dan Panjang Umur Perjuangan.
Sebagai informasi, 11 April 2017 adalah hari di mana Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal.
Insiden penyiraman tersebut terjadi ketika Novel Baswedan berjalan pulang dari masjid seusai salat Subuh di dekat kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Baca Juga: Optimis Haji 2021 Dibuka, Kemenag Bakal Ketentuan Ini bagi Calon Jemaah
Dia pun sempat dirawat secara intensif di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Akibat siraman air keras itu, Novel Baswedan harus menjalani perawatan di Singapura pada 12 April 2017. Di sana dia dikabarkan operasi di Singapore General Hospital.
Selang dua tahun kemudian, kepolisian mengamankan pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan, yakni Ronny Bugis dan Rahmat Kadir.
Baca Juga: Jelang Ramadhan Harga Daging Sapi Meroket, Berikut Daftar Harga Kebutuhan Pokok di Jawa Barat
Diketahui keduanya merupakan polisi aktif. Mereka pun ditetapkan sebagai tersangka dan divonis dua tahun penjara.
Perlu diketahui, Novel Baswedan selama ini menangani kasus-kasus besar yang ada di KPK. Salah satu kasus besar yang ditangani dia adalah kasus korupsi e-KTP.
Novel Baswedan pun dikenal sebagai penyidik yang dianggap tak pandang bulu dalam menangani kasus.***