"Kenapa ini penting? Pertama, pelarangan FPI sejak Desember lalu adalah sinyal bahwa pemerintah saat ini mulai tegas terhadap kelompok intoleran. Jadi sebelumnya kan selalu ada kekecewaan, tuntutan, agar Pak Jokowi tegas terhadap kelompok intoleran," tutur Gus Sahal.
Selain itu, dengan tidak adanya FPI maka tidak ada lagi kelompok yang mengklaim dirinya melakukan amar makruf nahi mungkar, tapi dengan cara-cara kemungkaran.
"Kedua, semenjak kelahirannya FPI selalu mengklaim sebagai kelompok yang memberantas kemaksiatan, dengan doktrin amar makruf nahi mungkar. Tetapi dalam praktiknya, klaim FPI itu bertentangan dengan spirit awalnya," kata Gus Sahal.
"Jadi FPI melakukan nahi mungkar, tetapi cara-cara yang dipakai itu justru kemungkaran. Jadi ini sesuatu yang bertentangan dengan spirit amar makruf nahi mungkar," sambungnya.
Menurut Gus Sahal, sejak lahirnya FPI, citra Islam ditampilkan ke muka publik menjadi sesuatu yang garang dan menakutkan.
"Islam itu ditampilkan oleh FPI jadi sesuatu yang garang, menakutkan, dan sesuatu yang membuat orang ngeri melihat Islam," ujar Gus Sahal.
Oleh karena itu, Gus Sahal bersyukur bahwa hal-hal semacam itu tidak muncul lagi setelah pemerintah membubarkan FPI.
"Hal-hal semacam ini, setidaknya tidak muncul lagi. Harapan kita semoga ini berlanjut dan menjadi titik pijak yang baru bagi kita, untuk melangkah melawan segala bentuk premanisme agama, dan premanisme berjubah," tutur Gus Sahal.