PR BEKASI - Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) Laskar FPI Abdullah Hehamahua menceritakan bahwa proses pertemuan timnya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana seperti Nabi Musa yang hendak bertemu dengan Firaun.
Menanggapi hal tersebut, mantan politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengaku tidak percaya Hehamahua melontarkan pernyataan semacam itu.
"Serius berita ini benar? Beneran Hehamahua bicara seperti ini?," ungkapnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter @FerdinandHaean3, Rabu, 14 April 2021.
Serius berita ini benar?
Beneran Hehamahua bicara sprt ini?
Boleh saja sih Hehamahua merasa dirinya sprt Musa datang ke Firaun ketika menghadap Jokowi. Dan boleh saja yg lain juga merasa Hehamahua sprt para ahli sihir dihadapan Musa. pic.twitter.com/cT30ghhjtX— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) April 14, 2021
Namun, Ferdinand Hutahaean tidak marah maupun geram jika Hehamahua merasa dirinya seperti Musa saat berhadapan dengan Jokowi.
Tetapi sebaliknya, orang lain juga, ungkap Ferdinand Hutahaean, boleh berpendapat bahwa Hehamahua adalah para ahli-ahli sihir di hadapan Nabi Musa yang diumpakannya sebagai Jokowi.
"Boleh saja sih Hehamahua merasa dirinya seperti Musa datang ke Firaun ketika menghadap Jokowi. Dan boleh saja yg lain juga merasa Hehamahua seperti para ahli sihir di hadapan Musa," ucapnya.
Baca Juga: Jelang Larangan Mudik Lebaran 2021, Pemerintah Izinkan Perjalanan Antarkota di Sejumlah Daerah Ini
Pernyataan Hehamahua itu bermula ketika timnya mengirimkan surat kepada Jokowi berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Akan tetapi, surat itu baru dibalas setelah satu bulan kemudian oleh Menko Polhukam Mahfud MD. Surat itu disusul telepon dari Istana kepada Sekretaris TP3.
“Bahwa Istana siap menerima besok datang jam sembilan. 10 orang harus tes antigen dulu,” kata Hehamahua dalam video yang diunggah di kanal YouTube Ustadz Demokrasi, Selasa, 13 April 2021.
Hehamahua TP3 sepakat memaknai pertemuan itu seperti pertemuan antara Nabi Musa dengan Firaun.
“Kita (TP3) sepakat, kita datang sepeti Musa datang ke Firaun,” ucapnya.
Akan tetapi, Abdullah Hehamahua buru-buru menjelaskan bahwa bukan berarti pihaknya menganggap bahwa Jokowi adalah Firaun.
“Tapi kita menempatkan posisi dia adalah penguasa seperti saat Firaun menjadi penguasa. Dan kami seperti Musa yang memperjuangkan kepentingan rakyat dan menegakkan kebenaran,” tuturnya.
Mendapati undangan tersebut, pihaknya juga sudah mengantisipasi agar nantinya tidak ada salah persepsi atau diplintir pihak lain.
Karena itu kemudian disepakati bahwa yang akan disampaikan kepada Presiden Jokowi dibuat secara tertulis yang dituangkan pada satu halaman kertas.
Baca Juga: Meledak dan Terbakar di Bandara, Garuda Indonesia Resmi Larang Pengiriman HP Vivo Semua Tipe
“Pak Amin Rais cuma sebutkan tentang dua hal dalam Alquran, tentang membunuh orang mukmin tanpa hak sama dengan bunuh semua manusia dan hukumannya adalah neraka. Itu saja,” ucapnya.
Sedangkan Marwan Batubara, menyampaikan dua hal. “Pertama, persoalan ini harus terbuka dan dilakukan di pengadilan HAM, bukan pengadilan biasa. Rata-rata (membacakan) tiga menit. Singkat,” sambungnya.
Pemaparan itu lantas langsung ditanggapi langsung oleh Presiden Jokowi.
Baca Juga: Usul Lima Menteri untuk Direshuffle, Relawan Jokowi: Kinerja Mereka di Kementerian Tidak Cukup Baik
“Kemudian Jokowi sambil angkat tangan begini kasih lihat itu kotak. Itu CD dari Komnas HAM, dan di mejanya ada laporan (Komnas HAM)” ujarnya.
Selanjutnya, Hehamahua, Jokowi juga memastikan bahwa pemerintah akan melaksanakan penanganan kasus secara transparan, profesional terbuka.
“Kedua, kata Jokowi, kalau TP3 punya data (bukti) dipersilahkan. Lalu ditambah (Menkopolhukam) Mahfud MD bahwa Komnas HAM sudah menyampaikan empat rekomendasi, salah satunya bukan pelanggaran HAM berat,” tutup Hehamahua.***