Tapi sebaliknya, sambung Arief Munandar, bagi kelompok-kelompok beragama Islam, tanpa basa-basi label terorisme itu dengan sangat mudah disematkan.
Perbedaan perlakuan ini menurutnya menunjukkan adanya sikap pilih-pilih di Indonesia dalam menilai mana yang terorisme dan bukan.
Baca Juga: Tokoh Ulama NU Mau Dihilangkan dari Jejak Sejarah? Christ Wamea: Padahal Ma'ruf Amin dari NU
"Di sini kita lihat ya ada sikap parsial dan double standard yang kalau terus dipertahankan akan berbahaya terhadap persatuan dan kesatuan. Karena nanti akan ada umat dalam hal ini adalah Islam yang selalu akan dipojokkan dengan isu-isu terorisme," tuturnya.
"Sementara kelompok-kelompok lain yang jelas-jelas melakukan aksi terorisme, negara malah bersifat toleran dan seolah-olah berhati-hati dalam menyikapinya," sambung Arief Munandar.
Arief Munandar kemudian membuat analogi menarik terkait hal tersebut.
"Tidak bisa kita mengaitkan terorisme dengan Islam ataupun dengan agama manapun di dunia karena kita harus berpikir objektif. Ketika misalnya ada seorang manusia melakukan kegiatan terorisme, agak aneh kalau kemudian kita kaitkan identitasnya dengan agamanya," ungkapnya.
Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Rabu, 21 April 2021 untuk Wilayah Bekasi, Depok, dan Bandung
Misalkan, sambung Arief, si A, B, C, dan D beragama Muslim kemudian mereka melakukan kegiatan terorisme.
"Kita boleh saja kalau mau kaitkan dengan agamanya, tapi kalau begitu, berarti boleh juga dong gua kaitkan sama sukunya, negaranya, atau kebangsaannya," tuturnya.