"Kamus itu dibuat harus betul-betul dengan terseleksi, karena memang yang harus dimasukkan adalah hal-hal yang dianggap sangat-sangat penting. Kan kamus begitu, lihat saja Kamus Bahasa, kan tidak semua kata dimasukkan, dipilih betul kata-kata itu, kemudian diberi pengertian," tuturnya.
Anhar Gonggong menduga, ada kesalahan saat menyeleksi para tokoh yang hendak dimasukkan ke dalam Kamus Sejarah Indonesia, sehingga nama KH Hasyim Asy'ari hilang begitu saja.
"Barangkali yang keliru pada mereka adalah ketika menyeleksi tokoh, karena tokoh sebesar Asy'ari gak masuk dalam seleksi, akhirnya seperti sekarang," kata Anhar Gonggong.
Meski demikian, Anhar Gonggong tetap merasa aneh, bagaimana bisa tokoh sehebat KH Hasyim Asy'ari yang sangat berjasa bagi Indonesia, bisa dilupakan begitu saja oleh sejarawan yang menulis Kamus Sejarah Indonesia.
"Bagi saya aneh, dalam arti penulisnya kan para sejarawan, dan sejarawan itu pasti tahu bagaimana menulis, melakukan penelitian, dan ini kan lebih bersifat biografis," kata Anhar Gonggong.
"Apanya yang susah. Nama KH Asy'ari itu ada di mana-mana, tukang becak aja tahu kok. Kenapa mesti tidak masuk di dalamnya?," sambungnya.
Terakhir, Anhar Gonggong mengatakan bahwa dirinya sangat menyesalkan keteledoran Kemendikbud dalam menyusun Kamus Sejarah Indonesia.
"Saya sebagai seorang yang belajar Sejarah, cukup menyesalkan, dan berharap betul Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tolong benar-benar menggunakan kesempatan dan hak yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Karena kebijakannya itu menyangkut bangsa, bukan pada penulisnya," tutur Anhar Gonggong.***