PIKIRAN RAKYAT - Fenomena penolakan yang dilakukan oleh warga kepada jenazah pasien Virus Corona marak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Tentu dengan maraknya penolakan kepada jenazah yang dilakukan oleh warga di sejumlah daerah di Indonesia membuat sebagian pihak sedikit geram.
Psikolog Dompet Dhuafa Maya Sita Darlina mengatakan bahwa orang-orang harus diberikan pendidikan ilmiah megenai penanganan jenazah virus corona.
Baca Juga: Sinopsis Sajen, Film Horor Bullying yang Gentayangi Malam Ini
"Jadi fenomena penolakan warga terhadap kuburan COVID-19 perlu segera diatasi dengan pendidikan ilmiah," katanya dalam pesan tertulis seperti dikutip oleh pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara.
Dirinya menyikapi atas penolakan yang dilakukan orang-orang karena didasari dengan banyaknya berita negatif di media terkait meningkatnya bahaya COVID-19.
"Walaupun ada berita positif, orang-orang terdistorsi. Jadi untuk masuk ke kepala hanya horor," ucapnya.
Baca Juga: Cek Fakta: Obat Covid-19 Ditemukan dan Siap Disebarkan di Indonesia, Simak Faktanya
Kebingungan dan kepanikan serta perasaan tidak berdaya akan menang jika orang banyak terus mengkonsumsi berita negatif.
"Hal tersebut bisa terjadi pada beberapa individu bahkan kepada kelompok orang," ujarnya.
Penolakan tubuh korban COVID-19 diambil sebagai upaya perlindungan bagi komunitas itu sendiri di tengah ketidakpastian bagaimana cara menanganinya dengan benar tanpa transmisi.
Baca Juga: Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Saat PSBB di Bandung Raya Diterapkan
"Ketika ketakutan, kengerian, kepanikan menimpa banyak orang meskipun informasi latar belakang yang benar-benar tidak akurat, dapat dimengerti bahwa kemudian pada ketakutan massal. Segala sesuatu yang terkait dengan COVID-19 telah ditolak, termasuk penolakan sisa-sisa," terangnya.
Oleh karena itu, pendidikan tentang penanganan yang tepat untuk korban COVID-19 harus diberikan kepada publik.
"Setelah pendidikan para ahli, mereka perlu memberi contoh dengan mempraktikkan metode penguburan yang tepat dan aman sehingga tidak ada penularan," terangnya.
Baca Juga: Tingginya Permintaan Masyarakat, Pemerintah akan Tambah Kuota Program Kartu Prakerja
Dengan pendidikan dan contoh yang tepat, masyarakat diharapkan menjadi sadar akan kemungkinan menerima pemakaman korban COVID-19.
Penolakan tubuh korban COVID-19 diambil sebagai upaya perlindungan bagi komunitas itu sendiri di tengah ketidakpastian bagaimana cara menanganinya dengan benar tanpa transmisi.
"Ketika ketakutan, kengerian, kepanikan menimpa banyak orang meskipun informasi latar belakang yang benar-benar tidak akurat, dapat dimengerti bahwa kemudian pada ketakutan massal. Segala sesuatu yang terkait dengan COVID-19 telah ditolak, termasuk penolakan sisa-sisa," jelasnya.
Baca Juga: Pertamina Dinilai Hanya Berikan Cashback untuk Ojol, DPR: Jangan Lupa Kelompok Nelayan
Oleh karena itu, pendidikan tentang penanganan yang tepat untuk korban COVID-19 harus diberikan kepada publik.
"Setelah pendidikan para ahli, mereka perlu memberi contoh dengan mempraktikkan metode penguburan yang tepat dan aman sehingga tidak ada penularan," imbuhnya.
Dengan pendidikan dan contoh yang tepat, masyarakat diharapkan menjadi sadar akan kemungkinan menerima pemakaman korban COVID-19.***