Bahan Baku Obat 95 Persen Impor, DPR Dorong Industri Farmasi Gunakan Bahan Baku Lokal

- 5 Oktober 2020, 16:55 WIB
Ilustrasi uji validasi deteksi virus corona dari sampel swab.
Ilustrasi uji validasi deteksi virus corona dari sampel swab. /Antara/Muhammad Iqbal

PR BEKASI – Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) meminta industri farmasi dalam negeri terus memberdayakan bahan baku lokal dalam pembuatan obat-obatan.
 
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs berita Antara, hal ini dikatakan oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Sri Wulan di Jakarta pada Senin, 5 Oktober 2020.
 
Dirinya mengatakan Indonesia sendiri mempunyai bahan baku farmasi yang sangat melimpah, namun sampai saat ini masih belum bisa mengolahnya sendiri.

Baca Juga: Tidak Puas dengan KTM, Pol Espargaro Yakin Musim Depan Raih Podium Bersama Honda

"Kita punya bahan baku melimpah, tapi kita tidak bisa menggunakan itu dengan baik, karena hampir 95 persen semua bahan bakunya adalah impor. Kandungan lokal hanya 4 sampai 5 persen saja," kata Sri Wulan.
 
Menurut Politisi dari Partai Nasdem itu, fakta tersebut menjadi tantangan agar ke depannya industri farmasi Indonesia bisa bangkit memproduksi obat-obatan dari bahan baku dalam negeri.
 
Untuk itu, ujar dia, kebijakan pemerintah diharapkan dapat betul-betul dapat mengatasi kendala tersebut.
 
Ia mencontohkan Pulau Madura yang terkenal sebagai sentra produksi garam, terletak dekat dengan kota besar Surabaya, tetapi menjadi persoalan adalah kurangnya akses teknologi agar garam Madura bisa memenuhi standar bahan baku obat.

Baca Juga: Demo Buruh Tolak Omnibus Law Dilarang, Polisi Tak Ingin Ada Klaster Baru

Pemerintah, lanjutnya, juga dapat memperbanyak kesempatan penelitian guna memberdayakan dengan baik beragam tanaman obat yang tersebar di seluruh Nusantara tersebut.
 
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan meminta produsen farmasi nasional mempercepat produksi obat COVID-19.
 
Salah satu jenis obat COVID-19 yang diminta oleh Luhut untuk cepat diproduksi adalah berjenis remdesivir.
 
"Harus diupayakan untuk segera produksi dalam negeri. Kita cari bahan-bahannya itu nanti, jadi jangan ada hambatan," kata Luhut Binsae

dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Penyediaan Obat COVID-19 secara virtual di Jakarta, Sabtu, 26 September 2020.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Bekasi, Satu Orang Bekerja sebagai Ojol

Luhut juga meminta PT Bio Farma (Persero) sebagai produsen farmasi nasional segera mengambil langkah yang cepat dan tepat agar bahan baku untuk produksi nasional dapat segera dilakukan, demi kepentingan nasional.
 
Sementara, Kementerian Perindustrian melalui Kepala Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK), Doddy Rahadi melakukan riset farmasi dan kosmetik berbasis bahan alam lokal untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.
 
“Penguatan peran ini akan kami jalankan dengan menyiapkan infrastruktur pengembangan fitofarmaka yang sesuai dengan standar CPOTB, penggunaan soft computing dan penerapan teknologi 4.0 guna menjadi percontohan bagi industri farmasi berbasis bahan alam,” kata Doddy.
 
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja industri kimia, farmasi, dan obat tradisional mengalami pertumbuhan yang gemilang sebesar 5,59 persen pada semester I 2020.

Baca Juga: Awal Pekan Harga Sejumlah Kebutuhan Pokok di Jawa Barat Alami Kenaikan, Berikut Daftarnya

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x