BMKG Peringatkan Potensi Karhutla dan Prediksi Puncak Musim Hujan di Jawa

- 6 Oktober 2020, 14:20 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan.
Ilustrasi kebakaran hutan. /PIXABAY/Ylvers/

PR BEKASI – Potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih akan ada dalam periode tujuh hari kedepan di Pulau Jawa meski Indonesia sudah mulai memasuki musim hujan.

Berdasarkan Sistem Peringatan Dini dan Kebakaran Hutan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) lima provinsi di Pulau Jawa diketahui masih mempunyai potensi karhutla.

"Daerah yang berpotensi karhutla itu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab dalam konferensi pers virtual antisipasi pengendalian kebakaran hutan di Pulau Jawa, di Jakarta, Selasa, 6 Oktober 2020.

Baca Juga: Raline Shah Bongkar Kisah Masa Kecilnya, dari Didikan Keras sang Ayah hingga Sering Merasa Kesepian

Fachri menjelaskan dalam konferensi pers yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu, analisa dan prediksi BMKG terkait potensi kebakaran hutan dan lahan sangat dinamis karena yang dilihat adalah faktor meteorologi.

Dalam pantauan BMKG, untuk periode 6-11 Oktober ada potensi sangat mudah terbakar terutama untuk wilayah selatan Banten sedangkan untuk Jawa Barat risiko berada di pesisir utara.

Untuk Jawa Tengah daerah timur dan pesisir utara masih ada potensi mudah terjadi kebakaran dan di Yogyakarta terutama di bagian timur.

Baca Juga: Usai Jalani Tes Usap, 200 Mahasiswa Positif Covid-19 di Asrama PTIQ Cilandak

Sedangkan untuk Jawa Timur, BMKG melihat masih banyak daerah yang memiliki risiko karhutla seperti daerah utara.

"Jawa Timur untuk tujuh hari kedepan masih banyak daerah yang secara meteorologis kita lihat sangat mudah terjadi kebakaran hutan dan lahan," kata Fachri.

BMKG sendiri memperkirakan curah hutan di wilayah Pulau Jawa pada Oktober 2020 umumnya berada pada kategori rendah sampai menengah, sementara pada November-Desember 2020 curah hujan umumnya pada kategori menengah dan tinggi.

Baca Juga: Saking Senangnya Baru Saja Mendapatkan Pekerjaan, Wanita Ini Lakukan Aksi Konyol dan Terekam CCTV

Terkait fenomena La Nina di Indonesia, Fachri mengatakan saat ini terdapat indikasi La Nina dengan intensitas moderat dan diperkirakan akan terus berkembang sampai dengan akhir tahun 2020.

"Yang perlu diwaspadai kondisi La Nina ini secara historis kita analisis berpotensi meningkatkan akumulasi curah hujan di Indonesia, bisa mencapai sekitar 40 persen dari rata-rata peningkatannya. Ini perlu kita waspadai dampaknya," ujarnya.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, menurutnya pada akhir tahun 2020 La Nina akan mencapai puncaknya dan kemudian akan meluruh pada periode Januari-Februari 2021.

Baca Juga: Sering Berebut Wilayah Udara dengan Tiongkok, Militer Taiwan Sedang di Bawah Tekanan

Fachri mengatakan bahwa curah hujan di Pulau Jawa pada November 2020 hingga Maret 2021 pada umumnya berada pada kategori menengah hingga tinggi.

"Mulai merata menghijau di Jawa pada Desember 2020, artinya curah hujan sudah mulai tinggi di Desember dan diperkirakan akan mencapai puncak musim hujan antara Januari-Februari 2021." katanya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah