Bersiap Hadapi La Nina, DPR Minta Basarnas dan Pemda Bersiap Antisipasi Risiko Bencana

- 16 Oktober 2020, 09:19 WIB
 Ilustrasi bencana longsor.
Ilustrasi bencana longsor. /Pusat Krisis Kesehatan

PR BEKASI - Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syarief Abdullah Alkadrie mengingatkan jajaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar secara masif menyosialisasikan prediksi cuaca kepada masyarakat.

Dia menegaskan, pembaharuan informasi cuaca sangat dibutuhkan masyarakat agar bisa mempersiapkan diri menghadapi potensi hujan setiap hari. Terlebih, intensitas musim hujan tahun ini diprediksi tak wajar dan berintensitas lebih tinggi antisipasi adanya fenomena La Nina.

"Sehingga, masyarakat tidak putus dengan informasi itu," kata Syarief, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI pada Jumat 16 Oktober 2020.

Baca Juga: Foto Baliho 'Siap Menjadi Nomor 1' Viral, Arief Muhammad: Ini Bukan Prank 

Lebih lanjut, Politisi Nasdem ini menyarankan, banyak cara yang bisa dilakukan BMKG dalam memberikan informasi prediksi cuaca kepada masyarakat. Salah satunya, ungkap Syarief, yakni memanfaatkan teknologi telekomunikasi.

"Masyarakat Indonesia rata-rata sudah punya handphone dan punya aplikasi untuk itu. Sehingga, semua itu harus dijadikan sarana menginformasikan setiap waktu," katanya.

Selain itu, Syarief mendorong Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mempersiapkan berbagai antisipasi menghadapi curah hujan yang sangat tinggi tahun ini.

"Serta persiapan maksimal harus dilakukan Basarnas dan Pemda demi meminimalkan risiko terjadinya dampak bencana akibat La Nina," ungkapnya.

Baca Juga: Sangkal Tudingan Mahfud MD, Gatot Nurmantyo: Belum 2 Bulan Terbentuk, Dituding Kerahkan Jutaan Orang 

Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebut fenomena La Nina berpotensi menimbulkan multibencana. Mulai bencana banjir, longsor, gempa hingga tsunami.

"Bu Dwikorita (Kepala BMKG) mengingatkan bisa saja La Nina menyebabkan multibencana misalnya gempa atau tsunami. Nah itu perlu diantisipasi," ucap Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers virtual di Jakarta pada Selasa 13 Oktober 2020.

Fenomena La Nina sendiri adalah sebuah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudra Pasifik di bawah suhu rata-rata.

Berdasarkan acuan sejarah, seperti yang dikutip dari pusatkrisis.kemenkes.go.id, La Nina merupakan sebuah peristiwa yang terjadi dan diamati oleh penduduk dan nelayan dari Peru dan Ekuador yang bermukim di sekitar pantai Samudera Pasifik pada bagian timur yang biasanya terjadi pada Desember.

Baca Juga: Pemerintah ‘Kantongi' Dalang Aksi Demo UU Ciptaker, Mahfud MD: Bukan Pak SBY, Tidak Ada Kaitannya 

Peristiwa yang diamati oleh masyarakat yakni menurunnya suhu air laut. Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik Barat menurun yang mendorong pembentukan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah yang terdampak termasuk Indonesia.

Catatan sejarah juga mencatat bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normal. Pada bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatra.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x