Hal ini sesuai dengan kebijakan kontra siklus (counter cyclical) untuk melawan perlambatan ekonomi. Artinya ketika perekonomian lesu, kata dia, belanja pemerintah menjadi dapat dijadikan sebagai andalan untuk mendorong perekonomian agar dapat memutar balikkan siklus perlambatan ekonomi.
Edy mengatakan kebijakan untuk kontrasiklus harus terus dilakukan selama perekonomian belum sepenuhnya pulih. Di samping itu, lanjut dia, kelompok menengah-atas harus terus didorong untuk meningkatkan konsumsinya.
Baca Juga: Waspada! BNN Kalteng Ungkap Permen Jeli Mengandung Ganja, Anak-anak Jadi Sasarannya
"Selama ini mereka diduga banyak menempatkan uangnya sebagai tabungan. Pemerintah perlu mendukung dengan menegakkan aturan tentang protokol kesehatan, karena kelompok menengah atas hanya akan mau keluar dan berbelanja (secara fisik) jika merasa aman," ujarnya.
Sampai saat ini, ujarnya, pemerintah masih konsisten dengan penanganan dampak Covid-19 melalui berbagai aspek. Aspek pertama yakni kesehatan dengan mengendalikan penyebaran Covid-19, meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian.
Aspek kedua yakni perlindungan sosial dengan menjaga daya beli masyarakat, dan aspek ketiga yakni menjaga semaksimal mungkin perekonomian dan sektor keuangan agar dunia usaha tetap mampu untuk pulih.
Baca Juga: Muncul Aduan dari Masyarakat, Proyek Nasional Jokowi Dihentikan Anak Buah Prabowo
Selain Indonesia beberapa negara berkembang maupun maju pun mengalami pertumbuhan perekonomian yang rendah saat ini. Diantaranya, Perancis, Jerman, dan Italia.
PDB Perancis telah berkontraksi 13.8 persen, 12.4 persen di Italia dan 12 persen di Kanada.***