"Jadi belum tentu kalau punya bawahan seperti Rizal Ramli, bosnya bisa nyaman. Apalagi, Rizal Ramli pernah berani menantang debat Wakil Presiden Jusuf Kalla waktu itu," ujar Refly Harun.
Sehingga Refly Harun menyimpulkan, perseteruan di antara keduanya bisa saja terjadi karena chemistry keduanya tidak jalan.
Baca Juga: Mengaku Sempat Diperiksa Otoritas Arab Saudi, HRS Tunjukkan Dokumen Perjanjian dengan Intelijen
"Karena chemistry ini memang sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Kalau chemistry mereka tidak jalan, meskipun keduanya bagus, maka mereka tidak bisa kerja sama. Kalau chemistry tidak bagus, orang tidak akan betah berkomunikasi lama-lama," tutur Refly Harun.
Sementara itu, jika dikaitkan dengan penolakan pejabat eselon satu, maka ada dua kemungkinan.
"Pertama, mungkin memang benar eselon satu dari Kementerian Keuangan memang menganggap Rizal Ramli tidak paham soal keuangan. Kedua, karena komunikasi buruk," kata Refly Harun.
Baca Juga: Cek Fakta: Habib Rizieq Shihab Dikabarkan Pernah Bersumpah Tidak Akan Pulang ke RI Seumur Hidupnya
Jadi, menurut Refly Harun, Rizal Ramli dianggap tidak paham oleh Jusuf Kalla, karena memang adanya komunikasi yang buruk, atau karena memiliki perspektifnya yang berbeda.
"Saya beberapa kali bertemu Rizal Ramli, dan sangat sering bicara tentang komitmen antikorupsi. Katanya, kalau dia jadi presiden, dia tangkap itu koruptor dan dia buang di pulau yang banyak nyamuk malarianya," kata Refly Harun.
Refly Harun mengatakan, meski perkataan tersebut diucapkan secara bercanda, tapi perkataan itu sering diulang berkali-kali, dan itu menunjukkan adanya komitmen antikorupsi.