Setuju dengan Acara Maulid di Petamburan, Nusron Wahid: Tapi Ada Pidato-pidato yang Tak Diperlukan

- 21 November 2020, 14:34 WIB
Nusron Wahid mengimbau masyarakat berpikir positif dalam menanggapi kerumunan massa di Petamburan, Jakarta Pusat.
Nusron Wahid mengimbau masyarakat berpikir positif dalam menanggapi kerumunan massa di Petamburan, Jakarta Pusat. /YouTube.com/Indonesia Lawyers Club

 

PR BEKASI - Politikus Partai Golkar Nusron Wahid mengimbau masyarakat untuk berpikiran positif dalam menanggapi fenomena kerumunan massa yang akhir-akhir ini sering terjadi, terutama saat Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Habib Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta Pusat.

Hal itu dirinya sampaikan saat menjadi narasumber di acara "Indonesia Lawyers Club".

Menurutnya, acara Maulid Nabi Muhammad SAW itu baik, hanya saja ada pidato-pidato yang tidak diperlukan.

Baca Juga: 33 Warga Tambora Jakarta Barat Terjaring Operasi Tertib Masker, Ada yang KTP-nya Disita

"Saya tidak setuju dan menyayangkan ada acara di Petamburan. Saya setuju Maulid Nabi, tapi saya agak sedikit terganggu karena ada pidato-pidato yang tidak diperlukan. Itu seharusnya yang harus dihindari," kata Nusron Wahid, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Sabtu, 21 November 2020.

Dia pun ikut menyayangkan karena acara tersebut juga melanggar protokol kesehatan Covid-19.

Meski demikian, Nusron Wahid menilai bahwa fenomena tersebut lumrah terjadi dan tak perlu ada saling curiga. Apalagi menuduh bahwa adanya kerumunan massa itu sebagai upaya untuk memberontak kepada pemerintah.

Baca Juga: BSU Termin II Batch IV Sudah Cair, Pastikan Nomor Rekening Anda Sesuai, Begini Caranya

"Maulid Nabi saya setuju, tapi kenapa kok protokol kesehatannya dilanggar. Pemerintah harus tahu ini fenomena apa. Menurut saya, ini bukan fenomena memobilisasi untuk melawan pemerintah, tidak ada. Juga bukan fenomena konsolidisasi untuk tahun 2024, terlalu jauh," kata Nusron Wahid.

Oleh karena itu, Nusron Wahid menilai bahwa fenomena yang terjadi di Petamburan adalah fenomena biasa yang dilandasi cinta kepada Rasulullah.

"Ini fenomena biasa, ini fenomena orang cinta kepada Rasulullah karena Maulid Nabi, dan Maulid Nabi yang penuh tidak hanya ada di Petamburan. Saya setiap tahun datang ke Tebet, karena saya terpanggil, saya rindu untuk hadir di acara itu. Di tempat-tempat lain, di acara Maulid Nabi juga penuh, lautan manusia tidak terbendung," tutur Nusron Wahid.

Baca Juga: Terjebak dalam Middle Income Trap, Sri Mulyani Sebut UU Cipta Kerja Sebagai Obat Mujarab

Dia menuturkan bahwa cinta itu tidak bisa dilarang oleh siapapun, karena itu solusinya hanyalah memfasilitasi.

"Namanya orang cinta itu melampaui batas, termasuk batas-batas kesehatan dan batas-batas protokol. Cinta tidak bisa didekati dengan low enforcement. Cinta hanya bisa difasilitasi. Karena itu, ini juga butuh renungan, setelah ini bagaimana," kata Nusron Wahid.

Menurutnya, kalau pemerintah memang mau mengetatkan peraturan, maka ketatkan semua, termasuk pasar-pasar ditutup, tapi kalau pasar ditutup, ekonomi resesi.

Baca Juga: Brimob Cikarang Disambut Bahagia Warga, Usai Rutin Semprotkan Disinfektan

Sedangkan, kalau pasarnya dibuka, Maulid Nabi dilarang, nanti terkesan pemerintah diskriminasi, hanya mengutamakan kepentingan material yaitu kepentingan perut, logistik, dan kesehatan. 

"Pemerintah gak boleh seperti itu, pemerintah harus mempertimbangkan keseimbangan spiritual. Maka dari itu, saya usulkan jalan tengah dan terobosan ilmiah, fasilitasi," kata Nusron Wahid.

Terakhir, Nusron Wahid mengingatkan bahwa fenomena kerumunan massa yang terjadi di acara Maulid Nabi tidak hanya terjadi di acara Habib Rizieq, tapi hampir di semua acara Maulid Nabi yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Aa Gym dan Ustaz Abdul Somad Kompak Komentari Situasi Indonesia Saat Ini, Soroti Peran Anak Muda

"Orang buat Maulid Nabi ini karena kerinduan, gak bisa dicegah, dan di kampung-kampung jalan, di mana-mana jalan. Fenomena orang menghadiri Habaib banyak, bukan hanya Habib Rizieq, hampir semua Habaib dan Majelis yang mencintai Rasulullah penuh lautan manusia di Indonesia ini. Meskipun ada pandemi gak peduli, karena mereka cinta," tutur Nusron Wahid.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah